Sebelumnya, ada yang tau apa itu #KampusFiksi???
Kalau belum, baiklah, akan saya beritahu sedikit.
Kampus fiksi adalah kegiatan pelatihan menulis fiksi yang diadakan oleh
Penerbit Diva Press bagi penulis dan calon penulis (seperti saya). Kegiatan
Kampus Fiksi diadakan di daerah Sampangan, Banguntapan, Yogyakarta.
Mula-mula, peserta Kampus Fiksi diseleksi melalui
cerpen oleh pihak #KampusFiksi. Pada pembukaan #kampusFiksi reguler tahun 2014
lalu, ada sekitar 800 cerpen yang masuk untuk diseleksi, namun hanya sekitar
300 cerpen yang terpilih dan penulisnya diundang untuk mengikuti #KampusFiksi
di Yogyakarta! (Alhamdulillah, saya adalah salah satu dari 300 orang yang
beruntung itu. Tak lupa, terima kasih yang tulus saya sampaikan pada A Dede
yang telah mengajak saya berwisata ke Gua Gudawang akhir tahun 2013 lalu, tanpa
perjalanan itu, mungkin saya tak akan bisa membuat cerpen itu dan ikut kampus
fiksi *big hug*).
Kemudian, penulis yang dinyatakan lolos seleksi
kampus fiksi dibagi menjadi beberapa kloter berdasarkan waktu pengiriman
cerpen. Berhubung saat itu saya mengirimkan cerpen di detik-detik terakhir
menjelang deadline, akhirnya saya ditempatkan di angkatan 25, yang jadwal keberangkatan
ke yogyakarta sekitar tahun 2017! It’s means, saya harus nunggu selama 3 tahun!
And, I think I can’t. So, saya menghubungi mbak Ve (panitia kampus fiksi) untuk
memberitahukan keinginan pindah angkatan. Mbak Ve (yang baik dan cantik)
akhirnya mencatat nama saya di waiting list untuk mengisi kursi kosong di
angkatan lain.
Finally, sekitar tanggal 12 Oktober 2015, saya
mendapat esemes dari nomor tanpa nama. Awalnya, saya mengacuhkan pesan itu
(paling dari operator atau mama minta pulsa). Setengah jam berlalu, rasa
penasaran mengusik nurani, akhirnya saya membuka pesan yang singgah di hape. Ternyata,
itu adalah pesan dari mbak Ve yang menginformasikan ada bangku kosong di kampus
fiksi angkatan 14!
Dengan semangat menggebu, saya membalas pesan mbak
Ve, menyatakan kesediaan untuk pindah angkatan, dan tak lama, beberapa e-mail
masuk ke ponsel. Betapa senangnya hati saya kala itu, sesegera mungkin saya
kirimkan persyaratan untuk mengikuti #KampusFiksi14.
Setelah mengirimkan semua persyaratan, saya baru
sadar, belum meminta izin dari Ibu dan Bapak. Awalnya, Ibu dan Bapak kurang
setuju, apalagi jika saya pergi ke Yogya seorang diri (mengingat selama ini
anak rumahan yang jarang jalan). Tapi, setelah berbicara langsung dengan mbak Ve
(melalui telepon) akhirnya Ibu dan Bapak rela melepaskan putri sulungnya
berangkat ke luar kota. Sendirian! (Iya! Sendirian. Jomblo. -_-)
Kamis, 29 NoVember 2015
Jam sembilan pagi, saya sudah mengorder Go-jek
untuk mengantar ke stasiun pasar senen. Kira-kira jam setengah dua belas, kereta
bergerak maju, meninggalkan hiruk pikuk Ibu Kota beserta isinya. Alhamdulillah,
keberangkatan pertama saya ke yogya berjalan dengan lancar. Meski badan terasa
pegel karena duduk terus di kereta L
Saya sampai di yogya sekitar jam 8 malam, dan
langsung dijemput oleh mas kiki. Ternyata, di sana sudah ada Mbak Riri, Mei,
Mbak eincha, dan Mbak Opie. Setelah makan di angkringan mbah darso, kami segera
meluncur menuju gedung kampus fiksi yang terletak di sampangan, banguntapan,
yogyakarta.
Btw, kami adalah orang pertama yang sampai di
sana, karena peserta lain memilih datang pada tanggal 30 NoVember. Tapi, ada
keuntungan yang saya peroleh karena datang lebih awal, yakni bisa berkeliling
jogja terlebih dahulu. Mengingat saya belum pernah ke jogja, maka saya memanfaatkan
kegiatan kampus fiksi sekaligus untuk berekreasi.
Tanggal 30 NoVember, saya, Mbak Riri, mbak Ofie,
mbak eincha, Mei dan Mas Getar jalan-jalan ke sekitaran Malioboro, taman tugu, KM
0 dan terakhir berbelanja beberapa cenderamata di pasar beringharjo. Ini adalah
pengalaman pertama bagi saya berkeliling kota Jogjakarta, apalagi bersama
teman-teman baru! It’s so wonderful!
Setelah puas berjalan-jalan, kami pun kembali
pulang ke asrama. Ternyata, di sana sudah ada peserta lain yang datang. Ada
mbak dati, mbak fatyana, mbak elsa, dan lain-lain. Kami kenalan. Kenalan. Kemudian akrab. Sikap
panitia maupun peserta yang hangat dan welcome, membuat saya mudah merasa
nyaman dan klop.
Sekarang, saya akan menuliskan tentang peserta
kampus fiksi (menurut sudut pandang saya tentunya), yap, langsung saja, inilah
nama-nama peserta Kampus Fiksi angkatan 14:
1.
Mas Agus Mulyadi (Gusmul),
Mas yang satu ini udah cukup tenar di bidang blogger. Beliau juga udah nerbitin
beberapa buku di penerbit kenamaan. Sangat baik dan friendly meski udah jadi
seleb, keren kan?
2.
Mas Tarom, kalau mas yang
ini duduk persis di samping kiri saya. Orangnya baik, tapi kami jarang ngobrol,
kenapa? Karena mas tarom kalau ngomong pakai bahasa Jawa, dan saya gak ngerti,
parahnya, Mas Tarom juga gak fasih ngomong bahasa Indonesia, jadi sempet
beberapa kali miss komunikasi -_- #Da saya mah apa atuh, teu ngarti nanaon
pisan euy!
3.
Mbak Dwi, mbak ini duduk
di samping kanan saya. Bobonya juga di samping saya lho *abaikan*. Doi
mahasiswa semester 7 jurusan Psikologi di Universitas Negeri Malang. Orangnya
sangat baik, humble, dan menyenangkan. Selama acara KF, saya menghabiskan
banyak waktu bersama mbak Dwi. *peluk*
4.
Mbak Elsa, hmmm, saya gak
banyak ngobrol sama mbak elsa, jadi gak tahu banyak tentang beliau. Tapi, mbak
elsa baik dan banyak senyum kok J
5.
Mbak Erin, beliau adalah
ibu rumah tangga dengan 2 anak. Cerpennya terpilih sebagai cerpen terbaik di
tantangan menulis 3 jam. Mbak Erin juga punya perpustakaan di rumahnya. Aih,
keren!
6.
Iqbal, nah, cowok yang satu
ini masih belia banget, doi masih berstatus siswa di sekolah menengah pertama.
Saya sih gak banyak ngobrol sama dia, tapi keliatan kok, dia cool abissss.
7.
Mbak Fatyana. Mbak ini
lucu banget, apalagi kalau foto, gaya-gayanya... beuuuh, kalah deh bintang iklan
di tipi. Dia juga baru aja wisuda dari jurusan Sastra Inggris.
8.
Pak Firman, bapak yang
satu ini berasal dari Padang. Tapi, sayangnya saya nyaris gak pernah ngobrol
sama beliau. Haduh, maafkan saya, Pak L
9.
Mbak Mei adalah peserta KF
14 yang rumahnya paling jauuuh, di mana? Di bekasi! Iya, Bekasi! Mbak Mei ini
orangnya ceriwis dan rame abis!
10.
Mbak Tika. Selama acara
kampus fiksi berlangsung, mbak ini adalah peserta yang paling aktif bertanya
sama pemateri.
11.
Mas Septian. Kalau mas
yang satu ini berasal dari Madiun, tapi kuliah di Jakarta. Tadinya, saya gak
respek sama dia, soalnya dia dateng telat. Tapi, pas tau dia kuliah di polman
astra, barulah saya mulai ajak ngobrol. Ya, siapa tau aja, dia mau kenalin saya
ke senior-seniornya yang kece badai itu. Ayo dong Septi, kenalin aku ke senior
kamu! *maksa*
12.
Mbak Sri (black), sampai
sekarang saya sih gak tau kenapa mbak yang satu ini dipanggil Black, padahal
dia gak item-item banget. Black ini orangnya baik, rame dan suaranya bagus
nian.
13.
Mbak Riri, dia parter saya
ketika naik becak. Mbak Riri, bisa dibilang super sibuk, soalnya hampir tiap
malem ngerjain kerjaan kantor (padahal weekend). Kuat ya Mbak!
14.
Mas Ipul. Sama Mas ipul
saya juga hampir nggak pernah ngobrol, mungkin jarak duduk yang jauh memutuskan
komunikasi kami *Hiks*
15.
Mas Triher. Mas ini lagi
sibuk skripsi dan sidang, maklum mahasiswa tingkat akhir. Sayangnya, saya juga
nyaris gak pernah komunikasi sama mas tri. Tapi gapapa, tetep semangat sidang
ya Mas!
16.
Mbak Dati. Mbak Dati kalau
ngomong juga Jowo banget. Aisssh, apalah saya yang sama sekali gak ngerti
bahasa Jawa. Tapi, mbak dati bisa ngobrol pakai bahasa Indonesia kok. Mbak Dati
(kayaknya) baru aja wisuda, doi berasal dari jurusan psikologi.
17.
Mas Getar. Apa ya, mas
yang satu ini, orangnya rame #di medsos tapi# dia berasal dari Lombok,
perjuangannya ke Jogja patut diacungi jempol. Blognya Mas Getar juga bagus lho!
Sayangnya, meski banyak menghabiskan waktu bersama, saya jarang ngobrol sama
Mas ini. Aduh, maaf banget, Mas.
18.
Mas Ibnu. Lagi-lagi saya
akui, saya gak terlalu banyak berbincang sama Mas yang ini. Entah karena saya
yang terlalu kalem atau bahasa yang berbeda. (sebenernya, saya minder karena
gak bisa bahasa jawa, jadi jarang ngobrol). Maafkan saya juga ya , Mas.
19.
Mbak Latifah. Mbak ini berasal dari Lampung.
Dia orangnya rame dan paling sering ledek-ledekan sama Mas Gusmul, cieee
cieee....
20. Mbak Frilla. Kalau mbak frilla berasal dari Bogor (Akhirnya,
ada juga yang satu suku sama saya *ambil tisu* Btw, Bogor itu kampung halaman
saya lho *abaikan*). Mbak Frilla orangnya cantik, fasionable dan ramah sekali.
Lumayan banyak berbincang sama Mbak ini, mungkin karena kami satu suku kali ya?
Kegiatan
di kampus fiksi angkatan 14
Acara kampus fiksi dimulai pada pukul 19.30. Agenda
pertama ialah pembukaan Kampus Fiksi langsung dipimpin oleh Pak Edi, yang
merupakan rektor kampus fiksi. Acara pertama berlangsung singkat. Setelahnya,
kami pun diizinkan beristirahat.
Hari selanjutnya diisi dengan banyak sekali kegiatan
seputar dunia kepenulisan yang sangat sangat bermanfaat bagi saya. Mulai dari
teknik penulisan, self editing, tantangan menulis cerpen dalam tiga jam, materi
tentang keredaksian, proses penulisan kreatif bersama Mas Mahfud Ihwan, sampai
masalah perindustrian buku di toko buku
besar sekelas gramedia!
Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan melalui
kegiatan #KampusFiksi ini. Selain ilmu, saya juga mendapatkan keluarga baru dan
sahabat seru yang memiliki kesamaan hobi. Hal yang sangat sulit saya miliki
sejak SMP. Alhamdulillah.
Oh iya, selain itu, peserta kampus fiksi juga
berhak mendapatkan bimbingan menulis novel online yang langsung dimentori oleh
Mbak Rina (editor fiksi Penerbit Diva Press), oke gak tuh??
Belum cukup sampai di situ, ternyata ketika saya
kembali pulang ke Jakarta. Panitia kampus fiksi memberikan saya satu dus buku!
Ya, satu kardus yang isinya buku! Jujur saja, saya belum pernah memiliki buku
sebanyak itu. Mungkin, buku-buku itu nantinya bisa saya wariskan ke anak cucu
di generasi selanjutnya.
Sebenarnya, masih banyak yang ingin saya tulis
tentang kampus fiksi, tentang keseruannya, kekeluargaannya, serta kekenyangan
yang saya rasakan di sana, tapi karena keterbatasan waktu, mari kita akhiri
perbincangan ini. Pokoknya, Kampus Fiksi the best banget deh. Dan buat kalian
yang suka nulis atau mau punya keluarga baru yang doyan nulis, wajib banget
ikut Kampus Fiksi!
Jargon Kampus Fiksi:
KAMPUS FIKSI, PASTI BISA!!!
Terima kasih yang tak terhingga untuk:
Pak Edi, Mbak Ve, Mbak tiwi, Mas kiki, Mas Reza, Mas
Wahyu, Mas Aconk, Keluarga Baru Kampus fiksi 14, dan seluruh alumni serta calon
mahasiswa kampus fiksi ^_^