![]() |
From pinterest |
Aku menjatuhcintai segala hal tentangmu. Tentang tawamu
yang mampu membuatku ikut tersenyum sepanjang waktu. Tentang sedih yang hanya
terlihat dari mendung rautmu. Juga tentang cerita-cerita tentangnya yang selalu
kucuri lihat dari akun media sosialmu.
Aku ingat, sudah genap dua tahun tak mencari tahu lagi
kabarmu, tak mempedulikan hari-harimu, juga mengabaikan rindu yang sempat
berkobar dalam hati.
Apakah bagimu, aku ada?
Pertanyaan itu begitu lekat bersama amarah yang memenuhi
hari. Kala itu. Aku begitu kecewa dan patah hati atas harapan dan mimpi yang
kubangun sendiri. Kemudian, menyalahkanmu atas kecewa dan penolakan yang tak
langsung ini.
Aku ingat, aku pernah menyalahkanmu. Tapi ternyata,
kesalahan itu terletak padaku. Tepat pada hatiku. Pada harapan dan
mimpi-mimpiku. Aku sama sekali tidak berhak menyalahkanmu atas kecewaku. Tidak sama
sekali.
Aku memang tak berarti bagimu.
Aku memang tak tampak penting untukmu.
Tapi, bagi hati yang mencintai, selalu ada ruang dan harapan untuk menjadi berarti.
Kini, aku tak ingin dan tak akan menyalahkanmu atas
luka-luka yang kurasa. Kamu begitu baik, mengizinkan aku untuk jatuh cinta,
walau tanpa balasan serupa.
Bukankah itu lebih dari cukup?
Sekali lagi, kukatakan pada diri bahwa aku tidak akan
mampu melupakanmu. Melupakan harapan-harapanku sendiri.
Maafkan aku, diriku. Mungkin terlalu sering kumenyakitimu
karena perasaan ini.