Minggu, 15 Oktober 2017

Sepotong Surat

Sepotong Surat


19 Februari 2014

Dear My Prince,
Bulan Maret nanti, antologiku yang bertema Cinta Pertama akan terbit. Tahukah kamu? Cerpen yang kutulis di antologi itu adalah tentang kamu. Tentang pertemuan pertama kita, sampai akhirnya kamu sangat jauh dariku.
Entah kamu masih ingat atau tidak tentang kisah itu. Mungkin bagimu, apa yang terjadi di antara kita adalah hal biasa, atau bahkan bukan hal penting untuk di ingat. Namun bagiku, setiap hari yang terjadi antara kamu dan aku adalah hal indah dan tak pernah terlupa. Aku bahkan mengabadikan kisah tentangmu di diary ku. Apa ini terdengar lucu buatmu? Apa yang akan terjadi kalau kamu tahu bahwa seorang penulis macam aku benar-benar mengagumimu? Menuliskan kamu dengan majas indah.
My Prince, antologi itu nantinya akan beredar di seluruh toko buku di Indonesia. Tahukah kamu? Ini adalah kisah cinta pertamaku yang mampu menembus penerbit mayor. Aku sangat senang, rasanya ingin berteriak sekencang mungkin. Tapi, aku sadar kalau aku belum meminta izinmu untuk menuliskan kisahmu di sana. Ah, aku bahkan terlalu frontal, dengan menuliskan nama lengkapmu. Aku juga tak menggunakan nama pena agar kamu tak tahu aku. Dengan bangga kutuliskan namaku disana. (Tapi pihak penerbitan memaksaku memakai nama samaran).
My Prince, bagiku ini adalah saatnya untuk jujur. Jujur pada perasaanku dan terlebih aku ingin jujur padamu. Pada harapan yang sering kutulis untukmu.
My Prince, saat buku itu terbit nanti. Maukah kamu mengunjungi toko buku dan melirik karyaku di sana. Maukah kamu setidaknya melihat cover dan membaca cerpenku yang hanya 8 lembar kertas A4? Aku tahu kamu sibuk, tapi maukah beberapa menitmu digunakan untuk membacanya?
Jika kamu tak sempat berkunjung ke toko buku, maukah kamu kubelikan buku itu? Aku akan memberinya secara sukarela padamu. Ya, sebagai imbalan atas royalty yang kudapat dari buku itu. Sebagai balasan atas kisah yang telah kamu tulis di hatiku. Meski bukan kisah indah.
Namun, jika kamu juga masih terlalu sibuk untuk menyibakkan halaman buku, bolehkah aku meminta sesuatu darimu? Izinkan aku menulis tentangmu. Legalkan kisah itu, karena bagaimanapun aku butuh persetujuanmu. Kamu akan setuju kan? Aku hanya meminta itu.
Dan lain kali, jangan kaget jika kamu menemukan sebuah novel dengan tokoh utamanya adalah kamu. Semuanya tentang kamu, dan penulisnya adalah aku, orang yang amat sangat mengagumimu.
Andai kamu tahu itu, apakah kamu akan begitu?
Atau mungkin kamu malah marah padaku. Karena sudah menggunakan namamu. Atau tak sudi melihat covernya, atau mungkin merobek halaman cerpenku seperti kamu merobek perasaanku? Atau kamu akan bilang, bahwa kamu bahkan tidak pernah mengenalku?
Jika suatu saat nanti, secara tak sengaja kamu membacanya, kumohon jangan marah.
Andaikan kamu tak tahu dan tak pernah tahu tentang apa yang kutulis. Tentang cerita-cerita yang kurangkai. Andai selamanya kamu tak tahu, tak apa. Aku tak berharap banyak, aku pun tak berharap kamu tahu. Aku hanya berharap, semoga kamu bahagia. Semoga kamu mau membagi kebahagiaan itu denganku.
Jujur, aku bukan ingin menjual kisah yang kurasakan demi uang. Kamu tahu kan? Aku hanya suka menulis dan satu-satunya hal yang kuingat saat membuka laptop adalah…… KAMU.
My Prince Fiction
Kamu adalah subjek terindah yang mampu kujadikan cerita. Kamu, hanya kamu…
My Prince Fiction…



Yang mengagumimu dalam diam



Selasa, 03 Oktober 2017

Sebuah Permintaan Maaf

Sepotong surat (29 April 2016)

Sebuah permintaan maaf


Dear, kamu
Tak ada yang pantas kuucapkan selain, maaf. Maaf membuatmu menunggu. Maaf membuatmu berlelah, dan tak kutemui kamu di siang itu. Mungkin permintaan maaf ini sedikit terlambat. Atau mungkin saja benar-benar sangat terlambat, tapi, izinkanlah aku untuk tetap menyampaikannya, karena bagaimanapun, perasaan bersalah akan tetap singgah sebelum permintaan ini kamu terima.
Sungguh, kamu pasti akan mengira bahwa aku adalah manusia yang tidak memiliki hati untuk menghargai perjuangan kerasmu mencari alamat tempat singgahku. Bertanya pada seluruh kenalanmu, mencari di peta elektronik dan lain sebagainya. Setelah menemukannya, kamu pun kembali berlelah. Berkendara dalam jarak yang tak dekat, dengan satu tujuan: menemuiku.
Dan mungkin kamu benar, aku memang tak memiliki hati, karena ketika kamu sampai di sana, ketika kamu melakukan panggilan ke ponselku, aku mengabaikannya. Tak kupedulikan seluruh perjuangan dan pengorbanan serta rasa lelahmu. Kubiarkan panas dan amarah membakar hatimu siang itu. Kuabaikan pesan dan panggilan masuk darimu. Ah, iya kan, betapa kejamnya aku, betapa jahatnya aku.
Sampai detik ini pun sungguh aku tak mengerti mengapa aku bisa bersikap sekejam itu padamu. Kamu yang kukenal sangat baik padaku. Sungguh maafkan aku. Maaf atas sikapku yang semena-mena dan tak mempedulikanmu. Maaf.
Jika kamu menuntut suatu penjelasan atas sikapku, mungkin, aku bisa memberikan alasan logis atas hal itu.
Pertama, aku tak ingin bertemu denganmu. Mengapa? Karena pertemuan adalah racun paling mematikan yang bisa membuatku terus terngiang, kemudian berharap lebih padamu.
Kedua, aku tak ingin berbincang lebih lama denganmu. Mengapa? Karena obrolan yang dilakukan secara langsung, kutakut akan melukai cinta yang sedang kujaga untuk lelaki yang kelak akan menjadi pendamping hidupku selamanya.
Ketiga, aku tak ingin menatapmu secara langsung. Mengapa? Karena aku takut, wajahmu menjadi bayang-bayang dalam tidurku. Sungguh, aku takut.
Itulah yang tak kuinginkan dalam sebuah pertemuan.
Pun akhirnya, kita tetap bertemu. Bertatap secara langsung. Berbicara secara langsung dan aku kuasa menatap wajahmu secara langsung. Ternyata, yang kutakutkan tak pernah terjadi. Mungkin, itu hanya ketakutanku saja. Jadi, sekali lagi kukatakan. Maaf. Maafkan aku.

Dengan segala pengakuan bersalah, kuucapkan entah untuk yang keberapa kali. Maaf. Maafkan aku, teman.




Launching Poetry Collection Perjumpaan Karya AB Susanto

Sekilas tentang Buku Puisi “Perjumpaan”



Anak diciptakan dengan semangat cinta
Didoakan agar tidak hanya meminta
Tetapi juga memelihara dan memberi makna
A.B. Susanto
Jakarta, 9 April 2007

Itulah kutipan puisi karya Pak A.B. Susanto yang berjudul Karya Cinta. Puisi yang diciptakan sepuluh tahun silam itu masih mengandung makna mendalam dan menggetarkan hati hingga hari ini. Selain puisi tersebut, masih banyak lagi puisi lain yang dihasilkan dari buah pikir penulis.
Kebanyakan puisi yang tertuang dalam buku ini mengisahkan pengalaman pribadi yang telah dilalui Pak A.B. Susanto sepanjang perjalanan hidupnya. Buku puisi dengan cover dominasi hitam ini dibagi ke dalam 7 bagian, dari mulai menceritakan keluarga, hingga ide cemerlang yang ia tuangkan dalam kata-kata indah penuh makna.
Hal lain yang membuat buku ini patut dibaca ialah karena Poetry Collection Perjumpaan karya A.B. Susanto menggunakan 3 bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Jerman. Sehingga, buku puisi ini sangat universal dan dapat dinikmati oleh berbagai masyarakat dunia.
Sebagai penikmat puisi, saya sangat mengapresiasi buku ini dan merekomendasikannya kepada para penikmat sastra.



Jakarta, 03 Oktober 2017
Anisa Sholihat