Sepotong Surat
19 Februari 2014
Dear My Prince,
Bulan Maret nanti, antologiku
yang bertema Cinta Pertama akan terbit. Tahukah kamu? Cerpen yang kutulis di
antologi itu adalah tentang kamu. Tentang pertemuan pertama kita, sampai akhirnya
kamu sangat jauh dariku.
Entah kamu masih ingat atau
tidak tentang kisah itu. Mungkin bagimu, apa yang terjadi di antara kita adalah
hal biasa, atau bahkan bukan hal penting untuk di ingat. Namun bagiku, setiap
hari yang terjadi antara kamu dan aku adalah hal indah dan tak pernah terlupa.
Aku bahkan mengabadikan kisah tentangmu di diary ku. Apa ini terdengar lucu
buatmu? Apa yang akan terjadi kalau kamu tahu bahwa seorang penulis macam aku
benar-benar mengagumimu? Menuliskan kamu dengan majas indah.
My Prince, antologi itu nantinya
akan beredar di seluruh toko buku di Indonesia. Tahukah kamu? Ini adalah kisah
cinta pertamaku yang mampu menembus penerbit mayor. Aku sangat senang, rasanya
ingin berteriak sekencang mungkin. Tapi, aku sadar kalau aku belum meminta
izinmu untuk menuliskan kisahmu di sana. Ah, aku bahkan terlalu frontal, dengan menuliskan nama
lengkapmu. Aku juga tak menggunakan nama pena agar kamu tak tahu aku. Dengan
bangga kutuliskan namaku disana. (Tapi pihak penerbitan memaksaku memakai nama
samaran).
My Prince, bagiku ini adalah
saatnya untuk jujur. Jujur pada perasaanku dan terlebih aku ingin jujur padamu.
Pada harapan yang sering kutulis untukmu.
My Prince, saat buku itu terbit
nanti. Maukah kamu mengunjungi toko buku dan melirik karyaku di sana. Maukah
kamu setidaknya melihat cover dan membaca cerpenku yang hanya 8 lembar kertas
A4? Aku tahu kamu sibuk, tapi maukah beberapa menitmu digunakan untuk
membacanya?
Jika kamu tak sempat berkunjung
ke toko buku, maukah kamu kubelikan buku itu? Aku akan memberinya secara sukarela
padamu. Ya, sebagai imbalan atas royalty yang kudapat dari buku itu. Sebagai
balasan atas kisah yang telah kamu tulis di hatiku. Meski bukan kisah indah.
Namun, jika kamu juga masih
terlalu sibuk untuk menyibakkan halaman buku, bolehkah aku meminta sesuatu
darimu? Izinkan aku menulis tentangmu. Legalkan kisah itu, karena bagaimanapun
aku butuh persetujuanmu. Kamu akan setuju kan? Aku hanya meminta itu.
Dan lain kali, jangan kaget
jika kamu menemukan sebuah novel dengan tokoh utamanya adalah kamu. Semuanya
tentang kamu, dan penulisnya adalah aku, orang yang amat sangat mengagumimu.
Andai kamu tahu itu, apakah
kamu akan begitu?
Atau mungkin kamu malah marah
padaku. Karena sudah menggunakan namamu. Atau tak sudi melihat covernya, atau
mungkin merobek halaman cerpenku seperti kamu merobek perasaanku? Atau kamu
akan bilang, bahwa kamu bahkan tidak pernah mengenalku?
Jika suatu saat nanti, secara
tak sengaja kamu membacanya, kumohon jangan marah.
Andaikan kamu tak tahu dan tak
pernah tahu tentang apa yang kutulis. Tentang cerita-cerita yang kurangkai.
Andai selamanya kamu tak tahu, tak apa. Aku tak berharap banyak, aku pun tak
berharap kamu tahu. Aku hanya berharap, semoga kamu bahagia. Semoga kamu mau
membagi kebahagiaan itu denganku.
Jujur, aku bukan ingin menjual
kisah yang kurasakan demi uang. Kamu tahu kan? Aku hanya suka menulis dan
satu-satunya hal yang kuingat saat membuka laptop adalah…… KAMU.
My Prince Fiction
Kamu adalah subjek terindah
yang mampu kujadikan cerita. Kamu, hanya kamu…
My Prince Fiction…
Yang mengagumimu dalam diam