Sabtu, 28 Desember 2019

SERBA-SERBI AKTUALISASI (Proses Penyusunan Laporan Aktualisasi Guru SD PEMPROV DKI JAKARTA)



Wajah bahagia setelah seminar hasil aktualisasi 

Setelah mengikuti kegiatan latsar selama 24 hari di Hotel Grand Cempaka, Puncak, Bogor, Jawa Barat, gue kembali ke unit kerja, yakni SDN Rawa Badak Utara 05 dengan membawa sebuah PR besar, yaitu mengerjakan laporan aktualisasi. Laporan aktualisasi adalah laporan yang berisi penerapan nilai-nilai ASN dan ANEKA : Manajemen ASN, Pelayanan Publik, Whole of Ghoverment, akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi di unit kerja, yang berkaitan dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) gue sebagai guru kelas di SD.

Tugas gue sebagai guru SD sudah pasti berkaitan dengan peserta didik, rekan guru, kepala sekolah dan wali murid, jadi, laporan aktualisasi gue pastinya ga akan jauh dari hal-hal tersebut. Seminggu setelah pulang latsar, gue mulai merencanakan kegiatan apa yang akan gue aktualisasikan di sekolah. Oh iya, dalam kegiatan ini, setiap angkatan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 6 orang. Gue sendiri sekelompok bareng mbak nadya, kak ibeth, kak evan, bang satria, dan naufal. Kelompok gue mendapatkan coach (semacam pembimbing gitu, seorang widya iswara) yang super baik, ramah, lucu dan seruuuu yaitu Bu Elva Simanjuntak. Bu Elva ini backgroundnya adalah dari BKKBN, tentang keluarga berencana gitu deh, jadi beliau paham banget masalah kesehatan, makanya kebanyakan bimbingannya adalah dokter. Hebat ya!

Coaching bersama bu Elva
Coaching bersama coach terdabest

Coaching lagi guys~

Gue dan teman-teman sekelompok kemudian diberikan jadwal coaching atau bimbingan. Setiap kelompok wajib melaksanakan coaching sebanyak 4 kali, yaitu 2 kali sebelum seminar rancangan aktualisasi, dan 2 kali sebelum seminar hasil aktualisasi.

Sebelumnya, gue dan angkatan 31 udah pernah bertemu Bu Elva, beliau mengisi materi ANEKA di kelas, jadi, sedikit banyak udah tau tentang betapa serunya Bu Elva saat mengajar. Gaya bicara yang bersemangat dan nada tinggi khasnya bikin gue semangat banget setiap coaching. Pertama kali bertemu Bu Elva, gue udah bawa rancangan aktualisasi yang udah gue bikin secara kasar di tempat latsar. Gue udah mempersiapkan beberapa kegiatan yang akan gue ajukan saat bimbingan.

Garis besar laporan aktualisasi gue adalah tentang peningkatan minat baca siswa di sekolah dasar, karena gue mengajara di kelas IV, jadilah laporan gue tentang upaya peningkatan minat baca di kelas IV. Awalnya, gue mau bikin pojok baca di kelas, tapi setelah gue konsultasikan ke Bu Elva, beliau bilang, sudah terlalu banyak yang menggunakan ide itu. Lagi pula, setelah gue pikir-pikir lagi, membuat pojok baca membutuhkan modal yang tidak sedikit dan butuh waktu juga untuk menghias, mendesain, dan lainnya. Selain itu, peningkatan minat baca tidak melulu diukur dari ketersediaan fasilitas.

Setelah gue pertimbangkan, akhirnya kegiatan membuat pojok baca gue ganti dengan melaksanakan kegiatan “One Day One Strory” yang mana kegiatannya adalah membaca satu cerita setiap hari secara bergantian, kemudian memberikan pertanyaan seputar cerita tersebut. Totalnya, ada lima kegiatan yang gue rencanakan untuk peningkatan minat baca di sekolah. Antara lain:
  1. Menyusun angket untuk mengukur minat baca peserta didik
  2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan strategi active learning tipe true  or false
  3. Menyusun kartu tantangan membaca
  4. Melaksanakan kegiatan “One Day One Story”
  5. Melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis perpustakaan     
Singkatnya, setelah dua kali coaching dan kegiatan tersebut sudah gue susun secara matang dalam laporan rencana aktualisasi, disetujui oleh Bu Elva, kemudian gue bersiap untuk melaksanakan “Seminar Rancangan Aktualisasi”. Iya, rancangan itu diseminarkan di depan coach, mentor (kepala sekolah) dan seorang penguji. Rasanya, deg-degan, sama kayak mau ujian skripsi gitu. Apalagi santer terdengar kabar kalau mendapatkan penguji yang killer, kegiatan yang sudah direncakan sering disalahkan dan diminta ganti. Dan apa, gue gak tau siapa penguji gue, sampai hari seminar tiba! Jadi, sengaja dirahasiakan gitu. Tambah deg-deg an ga sih!

Akhirnya, hari seminar pun tiba. Seperti ujian pada umumnya, gue bikin laporan renacana aktualisasi menjadi 3 rangkap, membuat PPT sambil belajar berbicara dengan baik. Di sisi lain, di sekolah gue dihadapkan dengan tugas dan kewajiban sebagai guru kelas. Pertama kali jadi guru kelas dan langsung bertemu anak murid yang luar biasa aktif, sulit menerima materi dan nggak bisa diem. Pikiran gue terbagi antara tugas aktualisasi dan tugas sebagai guru. Jujur aja, saat itu gue bener-bener buntu. Pikiran gue terasa penuh, bingung dan ga tau harus ngapain. Gue nggak punya teman berbagi, gue ga bisa cerita ke siapa-siapa selain buku dan kertas. Gue sempet buntu, sampai-sampai mikir dalam hati, “Buat apa sih gue ngelakuin ini?! Gue mau berhenti!”

Tapi, gue disadarkan dengan banyak catatan di buku gue. Perjalanan gue sudah sangat panjang, dimulai dari mengurus persyaratan untuk mengikuti seleksi CPNS tahun 2018. Langkah gue terlalu jauh untuk memutuskan berhenti. Gue sudah sejauh ini. Gue sudah berada di titik di mana banyak orang yang sangat ingin menggantikan posisi gue. Gue nggak boleh nyerah sekarang. Gue pasti bisa, pelan-pelan, walau harus merangkak, gue harus bisa!

Di tengah kebuntuan, salah seorang guru di sekolah memberikan contoh laporan aktualisasi miliknya beberapa tahun lalu. Dia bilang, gue boleh cerita kalau gue merasa kesulitan. Dia selalu memberikan masukan-masukan yang positif, dia sangat mengerti keluh kesah gue tentang laporan aktualisasi dan pertama kali jadi guru kelas. Terima kasih sekali!

Setelah drama-drama panjang, seminar rancangan bisa gue lewati dengan baik. Alhamdulillah, gue mendapatkan penguji yang ramah dan baik serta tidak mengganti kegiatan gue. Penguji gue adalah Pak Ahmda Denny. Saat seminar rancangan, gue cuma dikasih waktu 10 menit untuk memaparkan rencana kegiatan, kemudian 10 menit sesi tanya jawab. Alhamdulillah, mentor gue (kepala sekolah) juga sangat baik dan memberikan dukungan terkait rencana kegiatan yang akan gue laksanakan di sekolah. Jadi, coach, mentor dan penguji semuanya sangat baik. Seminar rancangan aktualisasi berjalan lancar dan tidak semenakutkan yang gue bayangkan. Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah.

Wajah lega setelah seminar rancangan aktualisasi bersama Pak Ahmad Denny

Mantullll

Seminar rancangan usai, artinya, gue harus mengaplikasikan rencana aktualisasi gue di sekolah. Dan bagian ini juga cukup menyita waktu serta pikiran. Apalagi, di saat yang sama, gue harus ngebut ngejar materi yang belum gue ajarkan karena waktunya menjelang Penilaian Tengah Semester. Selain itu, gue harus mengatur anak-anak yang super aktif itu untuk duduk manis saat gue ngajar, karena harus direkam dan difoto untuk bukti pelaksanaan kegiatan. Ini menguras emosi banget gays~

Meminta izin kepala sekolah

Melaksanakan aktualisasi

Memantau murid-murid


Kegiatan "One Day One Story"

Memberikan reward kepada kelompok terbaik

Alhamdulillah, gue mendapatkan bantuan dari teman-teman untuk mendokumentasikan kegiatan. Tapi, lama kelamaan gue merasa nggak enak hati karena selalu merepotkan, akhirnya, di kegiatan terakhir, gue minta mama untuk ke sekolah dan bantuin. Akhirnya, setelah itu, kegiatan pun selesai gue laksanakan.

Setelah mendapatkan dokumentasi kegiatan, gue mulai menyusun BAB 1 sampai BAB 4 dan merapikan laporan hasil aktualisasi. Awalnya, gue bingung banget gimana cara menyusunnya, karena hampir semua orang tuh laporannya beda-beda. Akhirnya, gue menjadikan laporan Lala (thanks to Rahayu Lala yang udah mau share laporan hasil aktualisasinya) sebagai patokan. Gue pun mulai menyusun laporan aktualisasi dari kegiatan yang telah gue laksanakan di sekolah. Pokoknya, gue selalu curi-curi waktu untuk mengerjakan laporan. Jadi, setiap hari gue bawa notebook ke sekolah untuk menulis laporan, walau kadang nggak bisa nulis apa-apa, karena sibuk koreksi tugas dan menyiapkan pembelajaran di kelas. Beberapa kali gue juga musti bolak-balik BPSDM (Jakarta Pusat) untuk coaching sama Bu Elva. Ya, begitulah hari-hari gue lalui, sampai akhirnya hari yang gue nantikan tiba, yaitu...

SEMINAR HASIL AKTUALISASI

Iya, gays, setelah seminar rancangan, masih ada seminar lagi, yaitu seminar hasil aktualisasi. Seminar hasil aktualisasi dilaksanakan untuk mempertanggungjawabkan rencana aktulisasi yang telah gue seminarkan sebelumnya. Rasanya sama seperti seminar rancangan, masih deg-degan, padahal udah tau pengujinya baik, tapi tetep aja rasa gemuruh itu tetap ada.

H-1 seminar, gue baru dapat kabar kalau penguji gue Pak Ahmad Denny akan pergi keluar kota siang nya, sedangkan kelompok gue akan melaksanakan seminar hasil jam 1 siang. Nah loh! Gue dapet kabar dari kelompok lain yang pengujinya sama, dan mereka seminar hasil aktualisasi dimajukan jadi pagi. Lah, bagaimana nasib gue dan teman-teman sekelompok bimbingan bu elva ini?

Gue tambah deg-degan, karena Bu Elva bilang, kita akan tetap melaksanakan seminar hasil dan PENGUJI DIGANTI. Parah banget ga sih, penguji kelompok gue diganti saat hari H seminar. Makin panik dong, gue takut penguji yang ini galak dan mempermasalahkan kegiatan aktualisasi gue. Selain itu, di hari H seminar, mentor gue, gak bisa hadir dan menugaskan Wakil kepala sekolah untuk menemani gue. Klop banget deh, mentor ganti, penguji juga ganti. Gue was-was, gue takut pengganti mentor salah bicara, gue takut pengujinya galak, gue takut ga lulus!

Sepanjang perjalanan dada gue berdebar ga karuan, tapi wakil kepala sekolah yang menggantikan mentor gue ini, selayaknya ibu buat gue, dia cerita banyak pengalamannya sama gue, dia juga gak berhenti nyuruh gue berdoa sebelum masuk ke ruang seminar. Baik banget. Masya Allah. Alhamdulillah.

Ternyata gays, yang gue takutkan tidak terjadi, penguji gue diganti dengan yang lebih baik. Iya, Pak Haidan dari kementrian imigrasi, baikkkk sekalii, bahkan kalau bisa gue bilang, beliau gak kalah baik sama Pak Ahmad Denny. Baik sekali. Selama 10 menit seminar, beliau nggak tanya apa-apa. Pak Haidan mendukung kegiatan gue, pengganti mentor pun begitu, dan semuanya berjalan lancarrr.

Berfoto bersama penguji seminar hasil aktualisasi

Salam Literasi


Setelah seminar hasil, bukan berarti semuanya selesai, masih ada revisi di laporan gue. Kemudian, gue sesegera mungkin memperbaiki bagian-bagian yang masih kurang lengkap dari laporan aktualisasi gue. Kelompok gue pun saling membantu, kalau ada yang bingung, selalu ada yang mau menjelaskan dan berbagi. Senangnya~

Beres revisi, masih ada acara bolak-balik BPSDM untuk minta tanda tangan Bu Elva. Kemudian, lanjut membuat 3 rangkap laporan aktualiasi untuk BPSDM, sekolah dan untuk diri gue sendiri. Sebagai kenang-kenangan atas perjuangan yang bisa dibilang tidak mudah, penuh airmata dan drama *lebay*.

Dibikin 3 rangkap sudah, gue lantas mencari tempat untuk membuat hard cover yang menyediakan warna kuning lemon. Gue gak tahu kenapa laporan aktualiasi tahun 2019 harus warna kuning lemon. Astaga, itu warnanya susah, dan gak semua percetakan menyediakan warna itu. Gue sudah berkeliling rawa badak mencari percetakan hard cover, tapi hasilnya nihil. Ga ada satu pun yang menyediakan warna kuning lemon. Ya, seperti yang sudah-sudah, gue kembali ke rawamangun depan UNJ untuk membuat hard cover. Di tempat fotocopyan yang sama saat gue bikin hard cover skripsi dulu. Alhamdulillah, gue ga perlu jalan jauh. Turun dari halte, langsung sampai di situ.

Beres hard cover, waktunya mengumpulkan!

Gue kembali ke BPSDM untuk mengumpulkan laporan gue, sambil membawa ketiga laporan itu di kantong plastik. Asli gays, 1 laporan aja sekitar 150 an lembar, terus di hard cover, jadinya berat banget, dan gue bawa 3! Iya, semuanya gue bawa-bawa ke BPSDM hari itu. Sungguh amat berat sekali bawaan gue, terlebih, gue naik angkutan umum, turun naik transjakarta, dilanjut naik gojek dengan bawaan sebanyak itu.

Setelah sampai di BPSDM, gue terlambat, jadi bersamaan dengan jam istirahat, sehingga gue harus menunggu jam operasional kembali. Ya, gue tiba di sana jam 11.30 kemudian baru dilayani untuk ambil nomor antrian jam 13.00. Itu cuma ambil nomornya aja, belum menyerahkan laporannya. Katanya, harus nunggu sampai jam 2 siang. Huhuh, rasanya capek banget. Karena udah merasa bosen dan capek, gue memutuskan ke masjid. Bagian yang paling gue sukai dari gedung ini tuh, di bawahnya ada Masjid yang besar, dingin, mukenya bersih dan sangat nyaman berlama-lama di sana. Gue lalu melaksanakan sholat dzuhur dan meminta kelancaran dalam menyerahkan laporan nanti.

Berdasarkan informasi akurat yang gue dapatkan dari teman-teman yang sudah mengumpulkan terlebih dahulu, ada proses pemeriksaan laporan aktualisasi yang sangat detail dan dilakukan lembar per lembar. Ada yang laporannya kurang lengkap, harus ganti dan dilengkapi dulu, padahal sudah dihard cover gays. Otomatis itu kan harus dibongkar lagi hard covernya, terus bikin hard cover lagi. Duh, pastinya ribet bangettt. Gue gak mau hal itu sampai gue alami. Makanya, gue juga masih merasa belum aman, walaupun sudah berkali-kali gue cek laporan gue lengkap.

Dengan niat dan pikiran positif, gue kembali naik ke lantai 6 untuk ketemu Pak Kosim dan mengumpulkan laporan aktualisasi. Ternyata, nomor urut gue udah kelewat, tapi gue tetap boleh berdiri menunggu yang lain. Sampai akhirnya, laporan aktualisasi gue sampai di tangan Pak Kosim dan diperiksa. Ternyata benar kata temen-temen gue, Pak Kosim memeriksa laporan dengan sangat teliti. Dia membuka laporan gue dari lembar terakhir, memeriksa keaslian tanda tangan dan stempel yang ada di sana, pokoknya ngga boleh sama sekali ada yang fotocopy atau hasil scan. Alhamdulillah, laporan aktualisasi gue diterima dengan baik, cuma menambahkan nama dan NIP di kata pengantar. Sudah selesai. Gue tanda tangan pengumpulan laporan aktualisasi, lalu kembali ke sekolah dengan membawa 2 laporan aktualisasi lainnya.

Yap, setelah semuanya beres, gue sangat bersyukur dan baru berani untuk upload foto di instagram dan facebook. Sebagai bentuk rasa syukur dan apresiasi terhadap perjuangan gue bisa menyelesaikan laporan, juga wujud terima kasih kepada semua orang yang telah membantu. Memang, nggak semua hal gue bagikan di media sosial, hanya beberapa momen penting, seperti saat seminar rancangan, seminar hasil, sampai foto laporan gue. Hanya sesedikit itu yang gue bagi dan sebagian besar berisi senyum dan syukur. Tapi, kalau kalian pikir semuanya baik-baik aja, semuanya enak-enak aja, mulus-mulus aja, kalian nggak sepenuhnya benar. Ada banyak hal yang gue simpan sendiri.

Laporan Aktualisasi yang selesai di hard cover

Semua yang gue alami dan jalani bukanlah proses yang mudah, namun, gue tetap bersyukur bisa diberikan anugrah serta kekuatan dalam menjalaninya. Gue percaya, proses ini bisa mendewasakan dan menjadikan gue pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin.

Jadi, apakah setelah ini perjalanan gue sebagai Calon PNS telah usia? Tentu saja belum, gays! Masih ada program Induksi selama satu tahun yang harus gue kerjakan, gue juga harus menyusun laporan induksi, kemudian mengikuti ujian PPG untuk nantinya akan mengikuti PPG dan sertifikasi. Intinya, perjalanan gue sebagai ASN masih bener-bener panjang. Gue akan menjalani setiap prosesnya dengan sebaik mungkin dan memberikan yang terbaik yang gue bisa. Dan, gue juga akan berusaha untuk selalu menuliskan kisah gue, untuk mengingatkan betapa gue telah berjuang sangat keras, betapa gue ternyata lebih kuat dari yang gue bayangkan, betapa banyaknya orang-orang baik di dunia ini, dan betapa ajaibnya sebuah takdir serta doa orangtua.

Banyak hal yang mungkin akan tidak mudah di depan sana, tapi dengan bismillah, gue siap menjalaninya. Bismillah, mari kita mulai.     

Jumat, 27 Desember 2019

CERITA TENTANG PELATIHAN DASAR (LATSAR) CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) 2019

Angkatan 31 Latsar CPNS Golongan III Tahun 2019


Gue adalah salah satu orang beruntung yang ditakdirkan lolos tes CPNS di percobaan pertama, tepat setelah wisuda. Ya, tahun 2018 setelah wisuda dari jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Jakarta, ada pembukaan CPNS besar-besaran, terutama untuk lowongan pendidikan, yakni guru SD. Berdasarkan perintah orangtua dan iseng-iseng mencoba, ternyata, gue lolos menjadi bagian dari aparatur sipil negera di wilayah Pemprov DKI Jakarta. Ya, setelah melewati serangkaian tes, nama gue masih bertengger di urutan pertama, di unit kerja yang gue pilih.

Lantas, apakah setelah lolos pemberkasan, ujian SKD, ujian SKB, semua telah selesai? Langsung mendapatkan SK Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan mendapatkan gaji serta tunjangan yang besar? TIDAK SEMUDAH ITU SAUDARA! PERJUANGAN YANG SESUNGGUHNYA TERNYATA BARU SAJA DIMULAI!

Setelah dipastikan lolos serangkaian tes itu, status gue masih CPNS kepanjangan dari Calon Pegawai Negeri Sipil. Ya, masih ada kata CALON di depan status PNS itu. Jadi, ibaratnya, status gue masih PNS 80%. Gue masih harus mengikuti serangkaian pelatihan yang akan meningkatkan status gue dan melenyapkan kata CALON itu. Pelatihan yang pastinya menyita banyak waktu, tenaga dan pikiran. Dan, gue akan ceritakan semuanya di sini...

Pelatihan dasar (latsar) CPNS tahun 2019 adalah nama lain dari kegiatan prajabatan yang terakhir dilaksanakan tahun 2018. Kata guru-guru PNS di sekolah gue, kegiatan dan tujuan pelaksanaan latsar, sama aja kaya prajabatan, cuma beda nama. Pada tahun-tahun sebelumnya, latsar baru akan dilaksanakan setelah CPNS memasuki masa kerja minimal 2 tahun, tapi berbeda di tahun gue, pelaksanaan latsar dilaksanakan sesegera mungkin, setelah pembagian SK CPNS dan SPMT. Gue sendiri dapet SK sekitar bulan April, kemudian dapat jadwal Latsar bulan Juli. Ya, gue sih bersyukur, karena semakin cepet latsar, semakin cepat pula dapat sertifikat yang bisa digunakan untuk melengkapi pemberkasan PNS 100%.

Ya, jadi sekitar bulan juli, gue mendapatkan panggilan untuk pengarahan pelaksanaan latsar, pembagian kelompok dan persiapan pre-tes. Pelaksanaan latsar dilaksanakan di berbagai tempat, ada yang di Jakarta Islamic Center, Parung, Kesekretarian Negara, Puri Ayudya dan Grand Cempaka. Gue sendiri mendapatkan tempat latsar di Grand Cempaka, Puncak, bersama 30 orang teman baru di angkatan 31. Gue ada di angkatan 31, yang diisi mayoritas pria, ada 18 pria dan 12 wanita, dari latar pendidikan dan unit kerja yang berbeda. Ada yang di dinas sosial, dinas perumahan, dinas lingkungan, guru SD, guru SLB, guru fisika, dan yang paling banyak di kelompok gue adalah guru olahraga. Yah, kebayangkan gimana ramainya angkatan tempat gue belajar ini.

Manteman angkatan 31 
Ciwi-ciwi angkatan 31

Hari pertama latsar, rasanya sangat-sangat mendebarkan buat gue, perasaan takut, cemas, deg-deg an jauh dari orangtua dan bingung bagaimana menempatkan diri di situasi dan teman-teman baru. Tapi, ternyata, alhamdulillahnya, teman-teman angkatan gue sangat baik dan saling membantu. Apalagi, di minggu pertama, hampir setiap pagi, gue selalu muntah. Ga tau kenapa, tiap pagi, perut gue selalu mual dan badan gue  rasanya menggigil kedinginan, alhasil, tiap pagi gue pakai baju berlapis-lapis, bawa minyak kayu putih dan bolak-balik toilet. Syukur alhamdulillah, teman-teman gue sangat baik, mereka selalu menolong dan sigap saat diminta bantuan. Ketua angkatan gue juga baik, namanya Pak Agung, dia guru olahraga di SMA 92. Terus ada juga mbak yuli, wong tegal yang berjuang untuk keluarganya.

Oh iya, selama di sana, setiap angkatan dijaga atau dibimbing sama MFD, gue sendiri ga tau singkatan MFD itu apa, yang jelas pembimbing kita adalah anggota TNI yang setiap hari menemani dari mulai sholat subuh sampai mau kembali ke penginapan. MFD angkatan 31 adalah Pak Sunarto. Beliau adalah MFD terbaik, yang selalu berusaha tegas dan galak, tapi sering diem-diem nahan ketawa kalau ada siswa yang buat jokes. Di sini, semua peserta latsar disebut siswa.

Apel pagi sebelum kegiatan belajar

Latsar dilaksanakan selama 24 hari dan selama itu juga gue gak bisa pulang ke rumah karena gue mabokan. Jadi, rutinitas gue selama latsar sebagaian besar adalah belajar. Belajar apa? Belajar tentang materi ASN, seperti pelayanan publik, integritas, anti korupsi dan banyak lagi, intinya, agar kita bisa jadi ASN yang berkualitas dan say no to corruption. Selain itu, kita juga dilatih baris berbaris, hadap kanan, balik kanan, hadap kiri, serong kanan, jalan di tempat. Banyak hal seru yang gue rasakan selama latsar, apalagi karena gue dapet lokasi di hotel, makanan selalu enak dan bervariasi. Tapi yang paling tidak menyenangkan adalah, segala sesuatu harus diatur dan bersama-sama. Misalnya, makan waktunya 10 menit, ya udah, habis ga habis makanannya, udah selesai. Kalau salah satu dari teman kita belum dateng, makan belum bisa dimulai. Sebenarnya bagus sih, supaya kita jadi disiplin, tapi ga enak aja, hehe. Dan satu lagi yang paling gue ga suka adalah, toilet duduk. Sungguh ya, gue ga suka banget, gue aja sampai ga bisa buang air selama 1 minggu, setiap duduk, ga keluar-keluar. Tapi, akhirnya bisa juga, karena dipaksakan, ehehe.
Jadi, selama 24 hari itu, kegiatan gue sehari-hari kurang lebih kayak gini:
§  Jam 04.00 WIB bangun
§  Jam 04.15 WIB siap-siap
§  Jam 04.20 WIB baris depan penginapan
§  Jam 04.25 WIB jalan (dengan berbaris) menuju masjid
§  Jam 04.30 WIB sholat subuh berjamaah
§  Jam 05.00 WIB senam
§  Jam 05.15 WIB coffe break
§  Jam 05.20 WIB kembali ke penginapan (mandi, pakai kemeja hitam putih)
§  Jam 05.50 WIB baris depan penginapan (lagi) sambil bawa tas, alat tulis, laptop
§  Jam 06.00 WIB apel pagi bersama
§  Jam 07.00 WIB sarapan
§  Jam 07.30 WIB pengarahan dari MFD
§  Jam 07.45 WIB masuk ke ruang kelas
§  Jam 08.00 – 10.00 WIB belajar berbagai materi sama Widya Iswara
§  Jam 10.00 WIB coffe break
§  Jam 10.15 – 12.00 WIB belajar lagi
§  Jam 12.10 WIB sholat berjamaah ke masjid
§  Jam 12.30 WIB makan siang
§  Jam 13.00 – 15.00 WIB belajar lagi
§  Jam 15.00 WIB coffe break
§  Jam 15.15 WIB sholat ashar berjamaah di masjid
§  Jam 15.30 – 17.30 WIB belajar lagi belajar teruss
§  Jam 17.45 WIB persiapan sholat maghrib di masjid
§  Jam 18.20 WIB makan malam
§  Jam 18.40 – 21.00 masuk ke ruang belajar lagi
§  Jam 21.00 WIB apel malam
§  Jam 21.15 WIB kembali ke penginapan
Dan gue baru bisa tidur sekitar jam 10 malam, sama sekali ga ada waktu untuk nyuci baju, akhirnya semua baju gue bawa ke laundry.
Setelah melaksanakan pembelajaran selama 24 hari, gue pun menjalani ujian pos tes. Jadi, materi yang keluar dalam ujian adalah semua materi yang telah dipelajari dan dijelaskan oleh widya iswara.
Begitulah perjalanan 24 hari yang menurut gue sangat panjang dan melelahkan, karena gue harus jauh dari orangtua.
Apakah setelah 24 hari di puncak dan ujian pos tes semuanya selesai? BELUM!
Setelah latsar, ujian tertulis, gue masih harus membuat laporan aktualisasi yang harus diterapkan di unit kerja. Laporan aktualisasi adalah penerapan nilai-nilai ASN di tempat kerja. Bentuk laporannya kayak skirpsi gitu. Ada seminar rancangan sampai seminar hasil yang sungguh bikin deg-degan kayak mau sidang skripsi. Rasanya, seperti bikin skripsi yang kedua.
Alhamdulillah, meskipun sempat putus asa dan merasa hampir mau nyerah, dukungan dari keluarga, sahabat, teman-teman latsar dan teman-teman ngajar di sekolah menguatkan gue sehingga gue dapat menyelesaikan laporan aktualisasi itu.
Setelah aktualisasi ini, gue masih harus menyusun laporan induksi. Apa itu induksi? Gue belum tau karena belum memulainya, tapi, tenang, nanti akan gue ceritakan lagi. Oke!
Kayaknya segitu dulu cerita pengalaman latsar yang gue alami. Sekian.
Sampai jumpa, gais!~

Main Games

Wajah dicoret-coret karena kalah main games
Grand Cempaka Resort

Pemandangan di luar yang asri dan banyak pohon pinusnya







   


Minggu, 17 November 2019

Melancong ke Situ Gunung Suspension Bridge


Di pintu masuk suspension bridge

Well, hari ini gue mau ceritain pengalaman gue dan Nida melancong ke Sukabumi.
So, siap-siap dengerin yaaa ^^


Sebenarnya, perjalanan kali ini sedikit nekat dan dadakan buat gue pribadi. Cuma berbekal informasi yang gue dapatkan dari internet, gue yakin dan percaya diri bisa sampai di jembatan gantung terpanjang se-Indonesia (katanya sih).
Sekitar 1 minggu sebelum keberangkatan, gue ngechat Nida, nanyain dia mau gak jalan-jalan.  Berhubung dia baru aja lulus wisuda dan butuh refreshing makanya dia langsung semangat 45 gue ajak jalan. Hahaha.

Setelah minta izin Mama, lalu booking tiket kereta api Bogor - Sukabumi, tinggalah gue menghitung hari menuju hari jalan-jalan. Super exited lohhh.

Pagi-pagi sekali, sekitar jam 5 subuh lewat dikit, gue sama Nida menuju stasiun Cakung untuk menuju stasiun Bogor. Gue sempet was-was, karena tiket kereta ke sukabumi berangkat jam 07.50 pagi, takutnya kita bakal ketinggalan kereta. Alhamdulillah, ternyata kita sampai di Stasiun Bogor tepat waktu, yaitu jam 07.30 WIB

Dari Stasiun Bogor, kita jalan kaki sekitar 10 menit ke Stasiun Bogor Paledang untuk naik KA Lokal menuju Sukabumi.
Gue udah yakin dan tenang-tenang aja gaes bakal aman dan baik-baik aja dan perjalanan kita akan berjalan aman, damai, sentosa, dan super menyenangkan.

Tapi gaes, ternyata pas sampai di stasiun dan mau mencetak tiket KA, hape gue mati total. Baterainya habis. Terus nomor bookingnya belum gue kirim ke Nida. Padahal, 5 menit lagi keretanya akan jalan. Gilss deg-degan banget saat itu. Gue panik dan takut bikin nida kecewa, gue juga gak mau perjalanan kita batal gegara kecerobohan gue.
Nida udah super panik. Gue juga sebenernya panik, tapi gue mencoba tenang, lalu nyari tempat ngecas. Alhamdulillah, hape gue kembali nyala, nomor bookingan bisa gue temukan dan saat itu juga gue langsung cetak tiketnya. Alhamdulillah.

Terus, kita ngantri di barisan pemeriksaan.
Pas udah sampai giliran gue, petugasnya bilang, tiket yang gue cetak adalah TIKET PULANG!
Nida makin panik dan gue merasa sangat bodoh karena bisa ceroboh berkali-kali. Maafkeun aku, huhu.
Astagfirulloh, hape sisa 2%, gue balik lagi ke mesin pencetak tiket.
Akhirnya bisa!
Seneng banget pas tiket kita bener, terus masuk ke kereta, cari tempat duduk.
Fyuhh, akhirnyaaa, kita jadi ke sukabumi.
Sukabumiii, we're coming!!!

Perjalanan 2 jam di kereta terasa sangat singkat, mungkin karena kita keasyikan ngobrol sambil lihat-lihat pemandangan menuju sukabumi yang indahh.

Sesampainya di Stasiun Cisaat, kita langsung order gojek menuju suspension bridge.
Lalu dapatlah babang gojeknya. Biaya naik gojek itu cuma 27 ribu. Padahal menurut gue lokasinya jauh banget.

Terharu banget pas sampai di depan pintu masuk.
Masya Allah, yang tadinya cuma bisa lihat di gambar dan youtube orang, akhirnya gue bisa menjejakkan kaki di sini.
Terima kasih Ya Allah...

Sesenang itu gaes ^^

Gue bayar biaya masuk Situ Gunung Rp. 18.000
Terus masuk ke jembatannya bayar Rp. 50.000

Lalu kita masuk dan mengikuti jalan setapak menuju jembatan gantung, tujuan utama kita.

Curug Sawer


Jembatan gantung

Bergaya ala-ala selebgram di jembatan

Indahnya pemandangan

Alhamdulillah
Itulah sekelumit kisah melancong kami.
Semoga besok kita bisa jalan-jalan lagi ya, da.


Okay, see you next trip.
Dadah~


Rabu, 11 September 2019

[ Cerita Tentang Kegagalan ]


[ Cerita Tentang Kegagalan ]

Tahun 2011, aku lulus dari sekolah menengah pertama, dengan nilai yang sangat memuaskan. Alhamdulillah, aku mendapatkan peringkat ke-5 dari seluruh siswa kelas 9. Aku bahagia dan bersyukur dengan hasil pencapaian belajarku selama 3 tahun. Sambil berharap, setelah lulus SMP, aku dapat melanjutkan ke SMA favorit yang kudambakan. Namun sayangnya, masalah biaya dan kondisi ekonomi orangtua, membuatku tak mampu mendaftar ke SMA itu. Letaknya yang jauh dan mahalnya uang gedung yang harus dibayar mematahkan impianku. Aku sedih. Rasa kecewa memenuhi hatiku. Pada malam-malam yang sepi, kadang aku merutuki nasib, mengapa kedua orangtuaku tidak mampu membiayai pendidikan yang kuharap.
Ibu dan bapak tak memiliki mimpi yang tinggi tentang pendidikanku. Asal aku dapat sekolah. Di manapun itu. Sudah cukup. Akhirnya, aku melanjutkan sekolah di SMK, dengan program kejuruan Akuntansi. Aku tak dapat menolak, karena hanya sekolah itulah yang mampu dibiayai oleh orangtuaku. Bukankah aku harus bersyukur karena masih dapat melanjutkan pendidikan?
Aku memendam kecewa. Juga mengubur mimpi untuk kuliah dalam-dalam. Lulusan SMK memang tidak disiapkan untuk kuliah, namun untuk bekerja. Ya, ketika lulus nanti, bekerja adalah hal yang diharapkan oleh orangtuaku. Tak lain untuk membantu perekonomian keluarga. Sedikit demi sedikit, aku mencoba menerima. Aku selalu percaya, takdir-Nya tak pernah salah.
Meskipun bersekolah di SMK tak sesuai keinginan, aku tetap belajar dengan sungguh-sungguh. Aku tak ingin mengecewakan ibu dan bapak yang telah bersusah payah menyekolahkanku. Alhamdulillah, aku termasuk siswa berprestasi dan selalu mendapat peringkat 3 besar di kelas. Karena prestasi itu, pihak sekolah mendaftarkanku untuk mengikuti rekrutmen langsung di perusahaan yang bekerja sama dengan sekolah. Namun, aku gagal di tes awal. Rasanya aneh sekali, kecewa yang kurasakan lebih besar. Aku pun mengikuti berbagai kegiatan job fair. Membawa berkas lamaran dengan pakaian hitam putih. Mendatangi perusahaan untuk tes wawancara. Dan, hasilnya masih nihil. Tak ada satu pun panggilan kerja yang kuterima. Aku pun gagal SNMPTN dan USM STAN. Kegagalan bertubi-tubi yang membuatku merasa putus asa.  
Di tengah rasa hampir menyerah, aku diberikan informasi tentang program bidikmisi, untuk bisa kuliah secara gratis, dengan syarat nilai rapot di atas 85. Alhamdulillah, aku dapat mendaftar. Kemudian mengikuti ujian SBMPTN yang benar-benar tak dapat kupahami. Soal-soal SMA yang tak pernah kudapatkan di bangku SMK benar-benar terasa sulit. Semua pertanyaan itu sangat asing bagiku. Apakah aku bisa? Apakah aku mampu? Bagaimana jika aku gagal lagi? Berkali-kali rasa pesimis itu mendera.
Setelah mengetahui program bidikmisi, Ibu dan bapak pun mendukung keinginanku untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Meskipun awalnya mereka menginginkanku bekerja, aku boleh terlebih dahulu berusaha menggapai mimpi. Atas kuasa Allah, aku mendapatkan keajaiban dan obat dari semua kegagalan yang kurasakan sebelumnya. Ya, aku dinyatakan lulus SBMPTN dengan program bidikmisi. Artinya, aku akan berkuliah secara gratis selama 4 tahun ke depan dan dibiayai oleh pemerintah. Masya Allah J
Pada semester kedua, aku mengajar les untuk meringankan beban ibu dan bapak. Pendapatanku selama mengajar kugunakan untuk kegiatan perkuliahan, sehingga sejak itu, aku tak lagi meminta uang jajan pada mereka. Alhamdulillah. Aku sangat bersyukur akan hal tersebut.
Di tahun ke-empat. Allah memberikan kelancaran pada proses perkuliahanku. Aku wisuda. Meskipun bukan sebagai wisudawan terbaik, aku tetap bersyukur dapat menyelesaikan pendidikanku. Membuat ibu dan bapak bahagia dapat melihatku mengenakan toga dan wisuda. Sungguh besar nikmat dan kuasa-Mu, Ya Rob.
Masih di tahun yang sama, beredar informasi tentang pembukaan tes CPNS. Awalnya, aku merasa sama sekali tak tertarik untuk mendaftar, namun bapak dan ibu memintaku ikut. Dan atas kuasa Allah SWT serta ridho orangtua, aku dapat lolos CPNS.
Saat ini, aku sedang mengerjakan rangkaian tugas CPNS yang akan membuat huruf C hilang. Meski kadang terasa lelah, aku tetap menjalaninya dengan semangat. Aku mengingat, betapa banyak orang di luar sana yang mengharapkan apa yang sedang kujalani.
Ya Allah, mudahkanlah....