Rabu, 11 September 2019

[ Cerita Tentang Kegagalan ]


[ Cerita Tentang Kegagalan ]

Tahun 2011, aku lulus dari sekolah menengah pertama, dengan nilai yang sangat memuaskan. Alhamdulillah, aku mendapatkan peringkat ke-5 dari seluruh siswa kelas 9. Aku bahagia dan bersyukur dengan hasil pencapaian belajarku selama 3 tahun. Sambil berharap, setelah lulus SMP, aku dapat melanjutkan ke SMA favorit yang kudambakan. Namun sayangnya, masalah biaya dan kondisi ekonomi orangtua, membuatku tak mampu mendaftar ke SMA itu. Letaknya yang jauh dan mahalnya uang gedung yang harus dibayar mematahkan impianku. Aku sedih. Rasa kecewa memenuhi hatiku. Pada malam-malam yang sepi, kadang aku merutuki nasib, mengapa kedua orangtuaku tidak mampu membiayai pendidikan yang kuharap.
Ibu dan bapak tak memiliki mimpi yang tinggi tentang pendidikanku. Asal aku dapat sekolah. Di manapun itu. Sudah cukup. Akhirnya, aku melanjutkan sekolah di SMK, dengan program kejuruan Akuntansi. Aku tak dapat menolak, karena hanya sekolah itulah yang mampu dibiayai oleh orangtuaku. Bukankah aku harus bersyukur karena masih dapat melanjutkan pendidikan?
Aku memendam kecewa. Juga mengubur mimpi untuk kuliah dalam-dalam. Lulusan SMK memang tidak disiapkan untuk kuliah, namun untuk bekerja. Ya, ketika lulus nanti, bekerja adalah hal yang diharapkan oleh orangtuaku. Tak lain untuk membantu perekonomian keluarga. Sedikit demi sedikit, aku mencoba menerima. Aku selalu percaya, takdir-Nya tak pernah salah.
Meskipun bersekolah di SMK tak sesuai keinginan, aku tetap belajar dengan sungguh-sungguh. Aku tak ingin mengecewakan ibu dan bapak yang telah bersusah payah menyekolahkanku. Alhamdulillah, aku termasuk siswa berprestasi dan selalu mendapat peringkat 3 besar di kelas. Karena prestasi itu, pihak sekolah mendaftarkanku untuk mengikuti rekrutmen langsung di perusahaan yang bekerja sama dengan sekolah. Namun, aku gagal di tes awal. Rasanya aneh sekali, kecewa yang kurasakan lebih besar. Aku pun mengikuti berbagai kegiatan job fair. Membawa berkas lamaran dengan pakaian hitam putih. Mendatangi perusahaan untuk tes wawancara. Dan, hasilnya masih nihil. Tak ada satu pun panggilan kerja yang kuterima. Aku pun gagal SNMPTN dan USM STAN. Kegagalan bertubi-tubi yang membuatku merasa putus asa.  
Di tengah rasa hampir menyerah, aku diberikan informasi tentang program bidikmisi, untuk bisa kuliah secara gratis, dengan syarat nilai rapot di atas 85. Alhamdulillah, aku dapat mendaftar. Kemudian mengikuti ujian SBMPTN yang benar-benar tak dapat kupahami. Soal-soal SMA yang tak pernah kudapatkan di bangku SMK benar-benar terasa sulit. Semua pertanyaan itu sangat asing bagiku. Apakah aku bisa? Apakah aku mampu? Bagaimana jika aku gagal lagi? Berkali-kali rasa pesimis itu mendera.
Setelah mengetahui program bidikmisi, Ibu dan bapak pun mendukung keinginanku untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Meskipun awalnya mereka menginginkanku bekerja, aku boleh terlebih dahulu berusaha menggapai mimpi. Atas kuasa Allah, aku mendapatkan keajaiban dan obat dari semua kegagalan yang kurasakan sebelumnya. Ya, aku dinyatakan lulus SBMPTN dengan program bidikmisi. Artinya, aku akan berkuliah secara gratis selama 4 tahun ke depan dan dibiayai oleh pemerintah. Masya Allah J
Pada semester kedua, aku mengajar les untuk meringankan beban ibu dan bapak. Pendapatanku selama mengajar kugunakan untuk kegiatan perkuliahan, sehingga sejak itu, aku tak lagi meminta uang jajan pada mereka. Alhamdulillah. Aku sangat bersyukur akan hal tersebut.
Di tahun ke-empat. Allah memberikan kelancaran pada proses perkuliahanku. Aku wisuda. Meskipun bukan sebagai wisudawan terbaik, aku tetap bersyukur dapat menyelesaikan pendidikanku. Membuat ibu dan bapak bahagia dapat melihatku mengenakan toga dan wisuda. Sungguh besar nikmat dan kuasa-Mu, Ya Rob.
Masih di tahun yang sama, beredar informasi tentang pembukaan tes CPNS. Awalnya, aku merasa sama sekali tak tertarik untuk mendaftar, namun bapak dan ibu memintaku ikut. Dan atas kuasa Allah SWT serta ridho orangtua, aku dapat lolos CPNS.
Saat ini, aku sedang mengerjakan rangkaian tugas CPNS yang akan membuat huruf C hilang. Meski kadang terasa lelah, aku tetap menjalaninya dengan semangat. Aku mengingat, betapa banyak orang di luar sana yang mengharapkan apa yang sedang kujalani.
Ya Allah, mudahkanlah....  

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar