Sudah sedari lama aku berencana mengunjungi negara tempat Ita menimba ilmu. Namun karena pandemi covid dan beberapa musibah seperti kehilangan motor, aku harus menunda keberangkatan. Setelah beberapa tahun mengumpulkan tabungan, juga mengurus dokumen seperti paspor dan visa, akhirnya atas izin Allah SWT di tahun 2023 tepatnya di awal musim panas, aku tiba di Jepang. 😊
25 Juni 2023, selepas maghrib
Bapak mengantarkanku menggunakan kendaraan roda dua menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Aku bersikeras tak ingin naik mobil menuju bandara karena takut mabuk darat. Akhirnya bapak bersedia mengantarkan.
Selesai sholat maghrib, aku dan bapak sudah bersiap. Untungnya, satu koper dan satu tas besar sudah aku titipkan di mobil Miss Abay.
Jadi, aku menuju bandara hanya membawa tas ransel yang berisi dokumen penting, handphone dan dompet.
Baru sampai di daerah Tanjung Priok, tiba-tiba langit menjadi gelap dan gerimis mulai turun. Bapak merasa cemas, karena sebelumnya tidak memperkirakan akan hujan, jadi tidak membawa jas hujan yang lengkap.
Motor bapak terus melaju, sambil aku berharap gerimis segera reda. Tapi, bukannya berhenti, gerimis semakin besar dan berubah menjadi hujan lebat. Motor bapak menepi, kami memakai jas hujan seadanya. Hanya atasan.
Untuk melindungi sepatu, aku membeli dua buah pelastik hitam.
Setelah beberapa jam menerjang hujan, sekitar jam sembilan malam, aku dan bapak sampai di bandara. Saat aku tiba, ternyata Miss Abay dan keluarganya juga sudah tiba.
Kami menyempatkan untuk berfoto bersama di Bandara sebelum check-in. Alhamdulillah sepatu yang tadi di bungkus plastik berhasil terselamatkan dan tidak basah. Meski tubuh terasa dingin karena diguyur hujan, ditambah dinginnya bandara Soetta, aku masih bersemangat untuk bergaya. Haha. Namun, saat check-in akhirnya, aku merasakan hawa dingin yang menusuk kulit, sehingga dipinjamkan jaket oleh Miss Leyla (kakaknya miss abay). Thank you, miss leyla ^^
Setelah menyiapkan dokumen dan memastikan semua barang terbawa, aku bersiap menuju counter check-in. Antrian cukup mengular, tapi kami masih sabar menunggu. Perasaanku saat itu benar-benar campur aduk, excited, bahagia, takut dan semacamnya, apalagi ini adalah keberangkatan pertamaku ke luar negeri secara mandiri. Ya, saat ke Singapura beberapa tahun lalu, aku hanya sebagai peserta yang mengikuti instruksi panitia. Kali ini pun adalah penerbangan pertama miss abay ke luar negeri! Dengan bismillah, kami membulatkan tekad dan yakin bahwa kami akan baik-baik saja.
Di counter check-in, aku meminta pada petugas untuk duduk bersebelahan dengan miss abay. Petugas menyanggupi, namun hanya untuk penerbangan dari Jakarta - Manila. Katanya, di Manila, kami harus konfirmasi lagi jika ingin duduk bersebelahan. Kemudian, koper kami diambil dan perjalanan ini benar-benar baru saja dimulai!
Saat itu masih sekitar jam 11 malam, sedangkan pesawat kami akan flight sekitar jam setengah 2 malam. Tapi, karena saking bersemangat, kami memutuskan masuk dan menunggu di dalam saja. Kami berpamitan dengan keluarga dan berjalan menuju gate keberangkatan.
Sebelum masuk ke gate, tentunya kita harus melewati bagian imigrasi. Ada 2 cara, yaitu scan e-paspor atau dengan cara manual. Miss abay bisa melewati pintu dengan cara scan paspor, sedangkan aku gagal, sehingga harus melalui pemeriksaan manual oleh petugas imigrasi. Sebenarnya, petugas tidak banyak bertanya, ia hanya bertanya tujuannya ke mana dan pergi bersama siapa. Aku menjawab dengan pasti, kemudian dipersilakan lewat. Alhamdulillah.
Setelah melewati bagian imigrasi, kami berjalan mencari gate yang sesuai dengan tiket pesawat kami. Untungnya, gate itu dekat, setelah menuruni eskalator dan berjalan sebentar kami sudah sampai. Kami pun mencari tempat yang nyaman untuk menunggu keberangkatan. Aku masih bersemangat, membayangkan rencana kami dalam 12 hari ke depan, tempat-tempat yang akan dikunjungi dan yang pasti pertemuan dengan adikku yang telah beberapa tahun tak berjumpa. Meski tengah malam, aku sama sekali tak merasa mengantuk.
Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu tiba, satu per satu penumpang mulai masuk ke dalam pesawat. Rasanya? mendebarkan! Aku perjalan pelan menuju seat. Pertama kali berada di dalam pesawat, rasanya biasa saja. Kursi 3 3 di kanan kiri berjajar rapi. Aku mendapatkan bagian duduk di tengah-tengah.
Anehnya, baru sekitar dua puluh menit pesawat lepas landas, aku mulai merasa pusing dan mual. Gawat, aku merasa ingin muntah! Dalam hati berpikir, bagaimana ini, aku tidak menyiapkan kantung plastik. Aku benar-benar tidak menduga akan mabuk dalam perjalanan ini. Untungnya, di pesawat ada kantung muntah. Aku segera mengambilnya dan benar saja, seluruh isi perutku keluar. Seketika aku merasa lemas, pusing dan tak bertenaga. Seluruh rencana indah dalam pikiranku melayang, hanya satu yang kuinginkan saat ini : PULANG!
Perjalanan empat jam dari Jakarta menuju Manila adalah perjalanan yang sangat menyiksa, aku terus menerus mabuk hingga tak bisa melakukan apapun selain menundukkan kepala di dalam kantung muntahðŸ˜. Aku bahkan tak bisa makan atau minum. Untungnya, ada Miss abay yang sabar dan bersedia membantuku dalam keadaan tak berdaya di dalam pesawat.
Setelah empat jam, akhirnya pesawat kami tiba di Bandara Ninoy Aquino. Dengan langkah pelan, aku keluar dari pesawat dan meminta miss abay untuk ke toilet terlebih dulu. Aku tak lagi memikirkan bagaimana penampilanku saat itu. Pasti terlihat sangat menyedihkan, bukan?
Cukup lama aku berada dalam toilet, karena perasaan pusing dan mual itu masih terasa. Aku benar-benar bingung dan ingin menyerah saat itu. Rasanya, tak sanggup membayangkan harus berada dalam pesawat lagi selama empat jam ke depan. Tapi, aku juga tak bisa membatalkan penerbangkan selanjutnya dan kembali ke Jakarta, karena ini bukan hanya tentangku, ada orang lain yang berada di sampingku dan punya mimpi menginjakkan kaki ke negeri sakura.
Aku menangis sambil berjongkok di dalam toilet. Benar-benar tak tahu harus apa. Perutku sakit karena terus-menerus muntah, kepala pusing, tak ada makanan bahkan air yang bisa ditelan. Dalam hati, terus mengatakan ingin kembali. Dengan langkah lunglai, aku keluar dari toilet dan melihat Miss Abay di depan menungguku dengan sabar. Dia menanyakan keadaanku.
Setelah melihatnya, aku memutuskan untuk tak menyerah. Kita sudah sejauh ini, aku telah menunggu bertahun-tahun untuk perjalanan ini. Biarlah, bagaimanapun di pesawat nanti, meski harus terus membawa kantung muntah dalam pesawat, aku tak apa.
Kami melanjutkan perjalanan, melalui imigrasi Filipina dan menunggu pesawat yang akan membawa kami dari Manila ke Tokyo, Jepang. Selama menunggu kedatangan pesawat, aku hanya duduk bersandar. Jika sebelumnya aku berencana foto-foto dan membuat video di Filipina, saat itu hanya berdiri tegak saja aku tidak mampu.
Perjuanganku menuju Tokyo belum usai. Ketika masuk ke pesawat kali ini tempat dudukku dan miss abay tidak lagi bersebelahan. Ya, kami duduk cukup berjauhan. Dalam kondisi mabuk darat, aku duduk bersebelahan dengan orang asing (yang sepertinya pasangan suami istri), kepalaku yang sudah pusing bertambah pusing karena harus memikirkan bahasa inggris saat hendak meminta kantung muntah miliknya. Untungnya, mereka terlihat baik hati, peka dan memahami bahasa tubuhku. Ah, bahkan di saat seperti itu masih ada banyak hal yang harus kusyukuri.
Seperti sebelumnya, aku pun tidak makan maupun minum di dalam pesawat. Aku hanya terduduk lemas, sambil memegang kantung muntah selama empat jam.
Setelah perjalanan panjang itu, akhirnya pesawat kami mendarat di Bandara Haneda, Tokyo. Aku memilih keluar belakangan, ketika tiba di depan gate, miss abay sudah menunggu sambil tersenyum. Alhamdulillah aku berhasil, kita sampai di Jepang! Senang tentu saja, tapi ada yang mengusik pikiran, aku bingung bagaimana caranya pulang. Ya, baru saja tiba, tapi aku sudah memikirkan bagaimana caranya pulang. Apakah aku boleh meminjam kantong ajaib doraemon dan meminta pintu ke mana saja? Apakah aku boleh meminta Aladin menjadi nyata dan menjemputku dengan karpetnya? Khayalan itu memenuhi pikiranku.
Tempat pertama yang kami tuju tentunya toilet. Aku ingin membersihkan diri, membersihkan pakaianku yang kotor juga mencuci muka agar terlihat sedikit segar. Pengalaman pertama menggunakan toilet jepang membuatku merasa nyaman. Jujur saja, ini lebih baik dibandingkan saat di Manila.
Setelah merasa lebih baik, aku segera menuju pintu keluar. Kami pun diperiksa oleh petugas imigrasi, setelah dipastikan tidak membawa barang-barang terlarang, kami diizinkan keluar. Di pintu keluar, ternyata Ita sudah menunggu kami sambil membawa papan tulis kecil bertuliskan : Welcome in Japan!
Aku terharu, ketika melihatnya, aku baru sadar bahwa aku benar-benar telah sampai di Jepang!
Kini, aku merasa lebih baik. Aku seperti memiliki rumah untuk bersandar setelah perjalanan panjang dan melelahkan. Sekarang, mari kita mulai perjalanan ini dengan menyenangkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar