Selasa, 12 Desember 2017

Tentang Sebuah Rasa (International Youth Singapore Cultural and Education Exchange 2016)

International Youth Singapore Cultural and Education Exchange (IYSCEE) 2016
Oleh: Anisa Sholihat (PGSD FIP UNJ)



Kegiatan “International Youth Singapore Cultural and Education Exchange 2016” telah dilaksanakan dan berjalan dengan lancar dari tanggal 17 Agustus 2016 sampai tanggal 19 Agustus 2016 di Nanyang Technological University (NTU), Singapura. Kegiatan ini diikuti oleh berbagai mahasiswa dari perguruan tinggi di Indonesia, antara lain, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Indonesia, UIN Yogyakarta, UIN Bandung dan lain-lain. IYSCEE 2016 diselenggarakan atas kerjasama Education and Cultural Overseas Network Exchange (EdConex) dan Pelajar Indonesia di NTU (PINTU), dengan tujuan agar mahasiswa Indonesia dapat memahami sistem pendidikan di Singapura, khususnya suasana pendidikan di Nanyang Technological University (NTU).
Kegiatan IYSCEE 2016 diawali dengan keberangkatan para delegasi ke Negara Singapura. Universitas Negeri Jakarta tercatat sebagai perguruan tinggi yang mengirimkan delegasi terbanyak, yakni enam (6) orang, yang berasal dari program studi maupun fakultas yang berbeda. Tepat ketika hari kemerdekaan Indonesia tiba, saya dan para delegasi meninggalkan tanah air untuk menimba ilmu pengetahuan di Negara Singapura.
Masih di tanggal 17 Agustus 2016, sekitar pukul sebelas, bus damri membawa saya beserta rombongan menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kami tiba di Bandara pada pukul 12.30 WIB, kemudian melaksanakan sholat dzuhur dan makan siang bersama. Setelah itu, kami boarding dan check-in, lalu menunggu jadwal keberangkatan pesawat Lion Air yang akan menerbangkan kami ke Negeri Singapura. Tepat pukul 15.30 WIB, pesawat Lion Air membawa saya dan para delegasi meninggalkan tanah air.
Pesawat mendarat dengan mulus di Bandar Udara Internasional Changi Singapura pada pukul 19.30 waktu setempat. Setelahnya, kami pun melaksanakan sholat dan makan malam. Ternyata, bukan hal mudah untuk mencari makanan halal di Singapura, karena hanya sedikit tempat makan yang memiliki label halal, salah satunya KFC. Setelah perut terisi, panitia membawa kami menuju penginapan. Kami bermalam di Hostel Travellers Loft yang beralamat di Jalan Lavender Besar.
Keesokan harinya, tanggal 18 Agustus 2016, saya beserta para delegasi mempersiapkan diri untuk kegiatan inti, yakni Seminar Internasional dan International Panel Discussion (IPD) bersama mahasiswa Indonesia yang melanjutkan pendidikan di Nanyang Technological University, Singapura. Pagi-pagi sekali, saya bangun dan bersiap mengenakan pakaian yang telah ditentukan, yakni kemeja, jas, rok dan berbagai atribut lain. Kemudian, kami segera pergi ke MRT terdekat untuk menuju Nanyang Technological University (NTU). Sekitar pukul 09.00 waktu Singapura, kami menaiki MRT dari stasiun Dhoby Ghaut menuju Pioneer. Dilanjutkan dengan menaiki bus bertingkat menuju kawasan kampus NTU. Kami menaiki MRT dan bus menggunakan Singapore Touris Pass (STP) yang disediakan oleh panitia EdConex.
Saya dan kawan-kawan, tiba di kampus NTU pukul 09.30, lalu dilanjutkan sarapan di kantin NTU. Tepat pukul 10.00 waktu setempat, kami memasuki sebuah ruangan di dalam kampus NTU. Di sana, kami bertemu dengan beberapa mahasiswa NTU yang berasal dari Indonesia. Yang pertama ialah Samuel Juan Prasetya, ia merupakan ketua organisasi PINTU. Selanjutnya, Theresia Marten, merupakan mahasiswi jurusan komunikasi yang berasal dari Padang dan yang terakhir ialah Samuel Tjandra.
Setelah perkenalan singkat tersebut, kami pun memulai kegiatan Seminar Internasional. Seminar internasional ini diisi oleh Samuel Tjandra, yang memaparkan mengenai sistem pendidikan di Singapura, mulai dari tingkat terendah, yaitu taman kanak-kanak hingga jenjang perguruan tinggi. Selain itu, dalam seminar tersebut juga dijelaskan tentang iklim perkuliahan di Nanyang Technological University. Setelah seminar, para delegasi diberikan kesempatan untuk bertanya lebih detail mengenai sistem pendidikan di Singapura. Saya sendiri, tertarik mengenai keunggulan sistem pendidikan di Singapura yang tertata dengan sangat rapi, sehingga menghasilkan kualitas pendidikan yang baik dan diakui oleh dunia internasional.
Berdasarkan hasil seminar tersebut, dapat kami ketahui, bahwa Negara Singapura begitu matang dan serius dalam menangani pendidikan di negaranya. Hal ini dapat dilihat dari tertatanya sistem pendidikan, mulai dari ketentuan usia, tingkatan pendidikan dan tersedianya pilihan pendidikan bagi masyarakat, seperti kelas akselerasi, yang mempersingkat masa pendidikan formal. Maka tak heran, jika kebanyakan mahasiswa di Singapura memiliki usia yang jauh lebih muda dibanding mahasiswa di Indonesia.
Setelah kegiatan Seminar Internasional berakhir. Kami melanjutkan kegiatan selanjutnya, yakni International Panel Discussion, dengan tema “Implementation Of Singapore Education Development Strategy For Indonesia” yang membahas keunggulan sistem pendidikan di Singapura dan penerapannya di Indonesia.
Dalam kegiatan International Panel Discussion, para delegasi yang berjumlah 18 orang dibagi menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok diberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan tema, antara lain:
1.      Apa kelebihan dan kekurangan sistem pendidikan di Singapura?
2.      Apa kelebihan dan kekurangan sistem pendidikan di Indonesia?
3.      Bagaimana menerapkan strategi pendidikan Singapura di Indonesia?
4.      Tantangan apa yang akan dihadapi Indonesia?
Setiap kelompok kemudian mendiskusikan jawabannya. Mahasiswa NTU pun bergabung dalam kelompok diskusi ini dan ikut memberikan pendapat. Kegiatan IPD berjalan sangat aktif dan menyenangkan. Para delegasi dapat saling memberi pendapat dan mengkoreksi satu sama lain. Di sini, pengetahuan kami mengenai sistem pendidikan menjadi semakin luas dan kompleks.
Setelah diskusi dalam kelompok kecil, perwakilan setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusi di depan semua kelompok. Setiap kelompok menyampaikan gagasan dan inovasi yang dapat dilakukan oleh Indonesia untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, serta meninjau hambatan dan penyelesaiannya dengan cara efektif.
Setelah melaksanakan International Panel Discussion, saya menyadari bahwa pengetahuan saya mengenai sistem pendidikan sangat sempit, sehingga saya ingin terus belajar dan haus akan ilmu. Pun setelah mengetahui berbagai keunggulan sistem pendidikan di Singapura, saya menjadi semakin yakin, bahwa Indonesia akan mampu mengembangkan sistem pendidikan yang ada agar menjadi lebih baik. Di Indonesia sendiri, penerapan kurikulum 2013 sedikit banyak memuat nilai-nilai positif yang hampir mirip dengan sistem pendidikan di Singapura, yakni student centre, di mana, siswalah yang aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam diskusi tersebut, saya memandang bahwa kelebihan sistem pendidikan di Singapura, ialah perhatian pemerintah yang besar pada pendidikan dan kesadaran setiap masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka. Tersedianya berbagai fasilitas pendidikan pun menjadi penunjang yang sangat besar bagi kesukseskan pendidikan di negara tersebut. Selain itu, para pendidik di Singapura, mendidik dengan sangat professional dan meluangkan waktu 24 jam sebagai pendidik, sehingga, apabila siswa ingin bertanya mengenai pelajaran, guru selalu siap memberikan penjelasan.
Menurut saya, keunggulan sistem pendidikan di Singapura disebabkan karena Negara Singapura adalah negara yang kecil (luasnya hanya 719,1 km2), sehingga mereka dapat memberikan perhatian ekstra. Hal itu sangat berbeda dengan Negara Indonesia yang begitu luas. Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak sekali pulau besar maupun kecil. Karena itu, negara kita sedikit kesulitan dalam menangani berbagai masalah mengenai pendidikan. Meski begitu, saya yakin, kita dapat berupaya lebih keras dan saling membahu demi peningkatan kualitas pendidikan di negeri ini secara menyeluruh.
Langkah awal yang bisa kita lakukan ialah menanamkan mindset kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa pendidikan adalah hal yang penting dalam hidup, apalagi memasuki era globalisasi seperti saat ini. Selanjutnya, kita bisa memulai dengan menggerakkan literasi (baca-tulis) di kalangan masyarakat sekitar. Pemahaman mengenai proses pembelajaran pun perlu dipahami oleh semua orangtua, agar orangtua tidak menuntut anak mereka mendapatkan nilai yang tinggi dengan cara yang salah. Pemahaman bahwa proses dan pengetahuan lebih penting dibandingkan hasil adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan, karena keberhasilan pendidikan tidak semata diukur oleh nilai atau skor yang didapat.
Setelah IPD, kami diberikan kesempatan untuk mengelilingi kampus NTU. Mahasiswa NTU asal Indonesia mengajak kami ke berbagai sudut kampus, seperti kantin, ruang kelas, tempat kegiatan mahasiswa, serta gedung perpustakaan. Kami pun berkesempatan mempelajari budaya kampus NTU yang begitu multikultural dan toleran.
Sore harinya, kami meninggalkan kampus NTU dengan kembali menaiki bis dan MRT. Kemudian, panitia EdConex memandu saya dan para delegasi untuk menikmati keindahan Negara Singapura. Kami pun berkeliling Singapura menggunakan trasnportasi MRT dan bis bertingkat. Ada beberapa tempat yang kami kunjungi, antara lain: Merlion, Gardens By the Bay, Marina Bay, Universal Studio, Little India dan Asian Civilization Museum.
Dalam kunjungan tersebut, saya mengetahui berbagai budaya yang tumbuh dan berkembang di Singapura, salah satunya budaya India. Budaya India terasa sangat kental di kawasan Little India, dari mulai ornament, tempat ibadah, hingga pasar tradisional yang ada di sana. Selain Little India, saya pun mengunjungi Asian Civilization Museum, di museum tersebut, saya mendapatkan wawasan baru mengenai sejarah berbagai agama yang berkembang di Singapura. 
Selama berada di Singapura, saya merasakan keragaman budaya dan bahasa. Ada 3 budaya yang sangat dominan, yakni Melayu, India dan China. Hebatnya, ketiga budaya tersebut dapat beriringan dan saling menghargai satu sama lain. Sikap toleransi warga Singapura patut dijadikan contoh oleh Bangsa Indonesia, agar dapat saling menghargai dan menghormati berbagai perbedaan yang ada di masyarakat. Bahkan kita dapat saling membahu untuk meningkatkan nilai jual Bangsa Indonesia di mata dunia.

Pada tanggal 19 Agustus 2016, kami berkemas untuk kembali ke tanah air. Kami kembali menaiki pesawat Lion Air untuk menuju Bandara Soekarno-Hatta. Akhirnya, sekitar pukul 19.30 WIB, kami tiba di tanah air dengan selamat. Saya dan para delegasi kembali ke Indonesia dengan membawa pengalaman dan pemahaman mengenai keunggulan sistem pendidikan dan kebudayaan di Singapura, untuk Indonesia yang lebih baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar