Catatan dari
Desa Gunung Datar
Tanggal 21 Januari sampai 24 Januari
2016, gue ikut serta dalam acara “Bebenah Pendidikan Banten” yang digagas oleh
Komunitas Lentera Surosoan, salah satu foundernya, yakni Kak Mardy, mahasiswa
akhir jurusan Pendidikan Geografi, FIS, UNJ. Bebenah Pendidikan Banten adalah
kegiatan kerelawanan yang bergerak di bidang pendidikan, terutama pendidikan
dasar dan pengenalan tentang kebidikmisian.
Awalnya, gue tahu tentang kegiatan
“Bebenah Pendidikan Banten” dari grup facebook Bidikmisi. Berhubung tanggal 21
– 24 Januari gue sedang libur semester, jadilah, gue daftar sebagai salah satu
relawan. Selain untuk mengisi liburan, gue juga
pengen memberikan sedikit kontribusi sebagai mahasiswa bidikmisi kepada
masyarakat (ciielah).
Setelah daftar, ikut briefing dan
bayar 150.000 rupiah, akhirnya, hari Kamis, tanggal 21 Januari 2016, jam 2
lewat beberapa menit, mobil tronton berwarna biru tua (dengan supir yang mantan
pembalap) bergerak maju meninggalkan kampus tercinta – UNJ, menuju Desa Gunung
Datar, Pandeglang, Banten.
By
the way, ini adalah
pengalaman pertama gue ke Banten. Yap, first
time kaki gue nginjek tanah Banten, and
gue seneng banget. Bersama para relawan lain, kami pun berbincang. Ternyata,
kebanyakan relawan adalah orang-orang yang udah gue kenal sebelumnya, yaitu kak
Himma, Tyas, Ade, Ida, dan yang nggak kenal, kenalan deh.
Oh iya, ketika pembagian kelas, gue
ditempatin di KELAS IPA, yang bertugas mengajarkan praktikum. Tau gak sih
gimana speechels-nya gue, secara anak
SMK Akuntansi, yang hampir belum pernah melakukan percobaan, disuruh mengajar
siswa SD. Bikin pelangi, ular berbusa, kapilaritas, gunung merapi, dll. Agak
repot sih, dan bingung juga, tapi, berkat bimbingan Kak Salamoan (mahasiswa
akhir jurusan Teknik Elektro, UNJ dan mantan ketua Kelompok Peneliti Muda)
akhirnya, gue bisaaaa!!!! Makasih banyak lho, kak Moan J
Di Tim IPA, gue bergabung sama Kak
Ajeng, Kak Fitri, Kak Hana, Ani, Kak Sakinnah, Nadi, dan Kak Umi.
Tanggal 22 Januari, gue beserta Tim
kerepotan bawa barang-barang praktik ke sekolah (yang sebenernya nggak jauh
dari homestay). Ada yang bawa kardus, botol minuman, sampai pewarna makanan dan
cuka. Emang deh, Tim IPA yang paling repot, apalagi di malam sebelumnya, kita
udah dibriefing sama Kak Moan sampe jam
12 lewat, hahaha.
Akhirnya, hari yang dinantikan pun
tiba.
Sekitar jam setengah delapan pagi, gue
masuk kelas!
Saat itu, gue kebagian mengajar kelas
2 SD. Awalnya, gue pikir akan biasa-biasa aja, mengingat, gue udah lebih dari 6
bulan ngajar les dan ketemu anak-anak. Tapi ternyata.... mengajar kali ini
beda! Sangat berbeda!
Pertama, di kelas ini, ada lebih dari
20 anak, padahal, biasanya, gue cuma ngajar di depan 5 atau paling banyak 10
orang anak. Jadi, gue agak gerogi gitu. Wkwkkw.
Kedua, di kelas ini, gue mau ngajak
mereka praktikum. Sesuatu yang baru banget gue pelajari. Yang sama sekali belum
gue kuasai.
Tapi, alhamdulillah, proses belajar –
mengajar belajar dapat berjalan lancar. Anak-anak SD gunung datar terlihat
sangat senang dan antusias dengan setiap praktikum yang mereka lakukan.
Di kelas 2, gue dan tim mempraktikkan
teori kapilaritas (duh, gue aja udah lupa materinya). Di kelas 4, praktikum
gunung merapi, yang meletus-letus itu lho. Dan terakhir, di kelas 6, praktik
tentang bahaya merokok.
Di kelas 2 dan 4, semuanya berjalan
mulus dan lancar, tapi, di kelas 6, ada kendala yang hampir membuat kami putus
asa (lebay). Jadi, asap rokok yang harusnya masuk ke dalam botol, justru keluar
dan memenuhi ruang kelas, membuat mereka dan kita batuk. Hooooaaaaa, untungnya
di percobaan terakhir, Kak Ajeng bisa mempraktikannya hingga berhasil.
Di hari selanjutnya, 23 Januari. Gue dan
Ani bertugas menjaga Pos Konsentrasi. Memindahkan lingkaran besi tanpa
menyentuh tiang yang ada di tengah, kalau lingkaran besi nyentuh, maka lampu
akan menyala dan keluar suara gitu. Alatnya keren deh, siapa dulu yang bikin,
anak KPM gitu lho.
Hari itu, menurut gue, berlangsung
cukup lama. Gue dan Ani lumayan kerepotan menangani anak-anak yang ada di
kelas, sampai akhirnya, Ida dan Nadi ikut bantuin dan jaga anak-anak. Ahahha.
Ternyata, susah banget ya, Bu.
Setelah dua hari mengajar (dengan
amatir), sore harinya, sekitar pukul setengah 3, kami jalan-jalan ke pemandian
air dingin di Pandeglang. Di sana, ada kolam renang yang air nya dingiiiiin.
Gue sih gak berminat buat berenang (emang gak bisa renang juga sih), akhirnya
cuma celupin kaki ke kolam. Abis itu, cuma duduk-duduk di gazebo dan liatin
ikan emas yang gedeeeee banget di sana. Udah. Itu doang sih. Tapi, yang menurut
gue seru banget adalah, tracknya, jadi setelah turun dari tronton, sebelum
menuju pemandian air dingin, gue harus jalan, cukup jauh, tapi pemandangannya
itu lho. Masya Allah, bagus banget deh.
Hari terakhir, 24 Januari 2016, gue
udah packing, mau siap-siap pulang ke Jakarta, udah kangen banget sama rumah
soalnya, hahhaa. Setelah gotong royong bersihin sekolahan dan sarapan, kita
tinggal nunggu panitia siap-siap dan pulang.
Sebelum pulang, gue sempet ngobrol
sama anak-anak di sana. Nurul, kelas 4 SD, malah bilang gini,”Jangan pergi,
Kak.” Ah, gue sedih sih dengernya, tapi gimana lagi, life must go on. “Kakak,
kan masih sekolah juga, Nurul belajar yang rajin ya, biar pinter dan bisa kayak
kakak,” jawabku akhirnya.
Oh iya, di sana juga, ada seorang
siswi SD, kelas 2. Namanya, Hilwa. Dia lucu banget dan setiap gue liatin, pasti
senyum. Manis banget kan? Pas gue tanya,”Mama kamu ada?” dia bilang mamanya di
Jakarta, jualan bakso. “Oh, kalau Bapak?” tanya gue lagi, kata dia bapaknya ada
di Bandung. Gue pun akhirnya nanya, kamu tinggal di sini sama siapa? Nenek? Hilwa
jawab, neneknya belum lama ini meninggal, dan dia tinggal sama uwa nya. Duh,
kasihan sekali kamu, Hilwa. Semoga kamu sukses ya, sayang! :*
Finally, jam 10 lebih dikit, tronton
yang gue dan seluruh tim bebenah pendidikan banten naikin jalan, roda mobil
berputar, meninggalkan Desa Gunung Datar, dengan segala kenangan di dalamnya.
Setelah mengikuti kegiatan ini, gue
jadi sedikit tahu, gimana kondisi sekolah dasar di daerah terpencil seperti Banten.
Semoga ke depannya, pemerintah lebih peka dan memberikan fasilitas pendidikan
serta kualitas pendidik yang setara dengan sekolah yang ada di kota besar macam
Jakarta. Semoga. Aamiin.
Jakarta, 27 Januari
2016
Anisa Sholihat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar