Jumat, 17 April 2020

Bercerita Tentang Cita-cita




Membaca kembali catatan perkuliahan selama empat tahun lalu, rasanya membuatku kembali teringat pada beragam kisah yang tercipta di dalamnya. Waktu yang tentunya tidak singkat bagi proses pembelajaran diri, mencipta kenangan yang terus terpatri hingga hari ini. Membuat rasa syukur terus terucap dan untuk menjadi pengingat diri, betapa indah kuasa dan takdir Ilahi. Ya, kali ini aku ingin bercerita tentang cita-cita dan keajaiban yang selalu ada.    

Lulus SBMPTN dengan beasiswa bidikmisi adalah anugerah terbesar dalam hidupku saat itu. Bagaimana tidak? Sebagai lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dengan jurusan Akuntansi, aku sama sekali tak mengenal dan memahami soal-soal SBMPTN yang diperuntukkan bagi lulusan SMA. Aku pun tak memiliki biaya lebih untuk mengikuti les/kursus untuk memperdalam soal-soal SBMPTN, sehingga hanya mampu belajar mandiri dan sesekali bersama sahabatku – yang memang juara umum di sekolah. Saat itu, aku tak berharap banyak, aku bahkan lebih sering membesarkan hati jika nantinya gagal dalam SBMPTN dan tidak dapat menimba ilmu di Perguruan Tinggi Negeri. Tak apa jika harus bekerja dahulu, kemudian menabung untuk kuliah di Pergururan Tinggi Swasta, pikirku kala itu.

Meskipun tak terlalu berharap lolos SBMPTN, aku tetap melakukan yang terbaik selama ujian, membaca semua soal dengan cermat, mengingat-ingat apa yang mungkin bisa kuingat dan tak lupa untuk selalu berdoa serta meminta doa dan restu dari orangtua. Apapun hasilnya, kupercaya bahwa itu adalah sebaik-baik takdir-Nya.

Setelah tes, hal yang selanjutnya kulakukan adalah menunggu. Entah menunggu keberhasilan atau kegagalan. Menunggu memang bukan pekerjaan mudah dan menyenangkan, kadang-kadang, rasanya justru sangat sulit, apalagi menunggu sesuatu yang belum pasti. Sambil menunggu, aku membuat lamaran pekerjaan dan mengikuti berbagai job fair, kalau-kalau SBMPTN gagal, aku bisa langsung bekerja. Namun memang, mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah, setelah mengikuti job fair, mengirim lamaran dan wawancara kerja, aku belum juga mendapatkan pekerjaan. Saat itu, rasanya sangat sulit dan membuatku sedikit kecewa. Aku terus bertanya-tanya, mengapa aku belum bisa bekerja?

Dan Allah SWT menjawabnya dengan kelulusanku dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan program studi pilihan pertama yaitu Pendidikan Guru SD di Universitas Negeri Jakarta. Selain itu, akupun terpilih sebagai salah satu mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi. Hal itu membuatku tidak perlu membayar uang semester selama berkuliah, bahkan justru mendapatkan uang bulanan sebesar Rp. 600.000 setiap bulan.

Aku sangat bersyukur karena impianku meraih pendidikan tinggi bisa terwujud, juga tidak terlalu membebani kedua orangtuaku dengan biaya kuliah yang mahal. Aku sangat bersyukur.      

Menjadi mahasiswa dengan predikat penerima bidikmisi tentunya tidak semudah yang orang-orang pikirkan. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi, salah satunya adalah nilai Indeks Prestasi (IP) minimal 3,00 yang harus diperoleh, aktif berorganisasi dan berprestasi. Namun, aku selalu berusaha melakukan yang terbaik dan tak mudah menyerah. Bukankah setiap hal memang memiliki konsekuensi dan tanggung jawabnya sendiri? Aku sudah memilih berkuliah, maka aku akan bertanggung jawab pada pilihanku hingga lulus nantinya, pikirku saat itu.

Lagi pula, masa perkuliahan adalah masa yang paling tepat untuk mencoba segala hal baru dalam hidup. Aku pun, berusaha untuk menikmati dan terus berprestasi. Aku bertekad untuk mendapatkan juara di event nasional dan internasional sebelum menamatkan kuliah. Dan dengan izin-Nya, semua yang kutekadkan terwujud. Ya, semuanya semata-mata karena kebesaran Allah SWT dan doa orangtuaku.

Tahun pertama kuliah, aku mendapatkan juara 1 dalam Lomba Kisah Inspiratif yang diadakan oleh Forum Bidikmisi UNJ. Jujur saja, rasanya sangat mengejutkan, karena kuyakin banyak kisah yang lebih inspiratif yang dimiliki mahasiswa bidikmisi yang lainnya. Saat itu, aku menerima hadiah di podium di gedung sertifikasi kampus A Rawamangun.

Pengumuman Bidikmisi Award

Sertifikat Juara 1 Lomba Kisah Inspiratif BMA

Selanjutnya, karena memang passionku di bidang sastra dan aku sangat suka menulis, aku kembali mengikuti berbagai perlombaan menulis. Entah itu di tingkat program studi, fakultas, universitas, bahkan nasional. Tentu saja, tak semua lomba yang kuikuti memperoleh gelar juara. Kadang hanya sebatas nominasi. Tapi, aku menjadikannya sebagai pengalaman untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kemampuan.

Pengalaman selanjutnya yakni mengikuti kegiatan di luar negeri. Iya, aku yang hanya mahasiswa bidikmisi, ternyata mampu mengikuti acara di Singapura. Walau dengan perjuangan yang tentunya menguras airmata. Kala itu, aku mengikuti seleksi International Youth Singapore Cultural and Education Exchange. Tak disangka, aku lolos dan bisa berangkat untuk mengikuti seminar ke negara tetangga, tepatnya ke Nanyang Technologycal University (NTU). Namun, masalah terbesarnya adalah biaya. Ya, program itu berbayar dan aku tahu, kedua oranngtuaku tak memiliiki dana untuk membiayainya. Untuk itu, aku berusaha mengajukan proposal permohonan dana ke kampus. Berkali-kali diberikan harapan, hingga kadangg-kadang menangis dalam peralanan pulang. Hingga akhirnya, kampus memberikan uang (meski tidak sepenuhnya) dan aku bisa mengikuti seminar di Singaapura. Ah, jika diingat-ingat, ternyata aku pernah setangguh itu.
Jalan-jalan di Singapura


Di semester akhir perkuliahan (semester 7 seingatku), aku bersama Kak Palupi dan Noni mengikuti lomba karya tulis dalam acara Pagelaran Pendidikan Dasar Nasionaal di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan berhasil meraih juara 1 dalam LKTI dan mengalahkan peserta dari prodi PGSD di seluruh Indonesia. Karena prestasi itu, kami pun memperoleh penghargaan dari Rektor UNJ dan diberikan medali perak. Alhamdulillah.
Bersama peserta PPDN 2017

Berfoto dengan Kak Palupi, Noni dan piala kami

Aku bersyukur, di semester 8 (semester terakhir bagi mahasiswa bidikmisi), aku telah mewujudkan impianku untuk mendapatkan prestasi nasional dan internasional sebelum wisuda.

Tepat empat tahun aku dapat menyelesaikan pendidikan di UNJ. Masa per-skripsi-an yang berat dapat kulalui berkat bantuan orangtua, keluarga dan seluruh teman-teman. Aku pun akhirnya dapat wisuda dan lulus tepat waktu. Alhamdulillah.

Aku senang dapat menjalani ini, bercerita dan membaginya pada dunia...

Terima kasih keluargaku, sahabat, teman dan orang-orang baik yang selalu membantuku menjalani kisah ini. Semoga Allah SWT mewujudkan cita-cita baik kita. Aamiin 


Mendapatkan penghargaan Essay terbaik saat MPA

Mendapatkan medali emas dari Rektor UNJ

Medalinya masih kusimpan sampai sekarang

Menjadi Duta Gemari Baca bersama Kak Palupi (kegiatan oleh Dompet Dhuafa)

Tulisan terbaik ke-2

Menulis opini di kolom mahasiswa Koran Sindo

Menulis di koran bersama GenSindo

Tulisan ke-2 

Juara 1 Cerpen Anak tingkat prodi

Pengumuman

Masuk nominasi lomba di Fakultas Ilmu Sosial

Diundang jadi nominasi penerima UNJ Award 

Bersama teman-teman yang menginspirasi

Penerimaan medali perak oleh Rektor UNJ 

Medali ke-2 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar